Minggu, 18 Desember 2011
KIDUNG CINTA DIANTARA ETANA
Namaku Andika, saat itu aku duduk di kelas XI IPA-1. Anak IPA yang tenar dengan anak-anak yang serius bertampang serem ndak banyak senyum. Saat ini kami sedang menghadapi ujian akhir kenaikan kelas, kebetulan aku duduk satu bangku dengan adik kelasku namanya Anisa saat itu dia duduk di kelas X-4.
Hari pertama memang hari yang melelahkan di pagi hari aku berhadapan dengan angka-angka yang bikin kriting rambut, disiangharinya aku harus berhadapan dengan peraturan-peraturan pemerintah system Negara dan sejarah kebaangsaan Negeri ini. Keesokan harinya aku harus sudah bersiap menghadapi rumus fisika yang berlanjut cerita fiksi.
Saat yang mencemaskanpun tiba giliran ujian bahasa Indonesia saat itu ada soal mengarang bebas, sejak masih SD dulu pelajaran mengarang adalah pelajaran yang amat meresahkan bagiku, karena bagiku mengarang adalah kebohongan dibalik kejujuran. Aku juga tak ingin sebagai orang nomor satu dikelas XI IPA-1 tergoyahkan oleh orang lain hanya gara-gara nilai bahasa Indonesia ku jatuh.
Dibalik kepanikanku aku memandang wajah Ayu disebelah kananku dengan tahi lalat dihidung sebelah kirinya, hidungnya yang kecil imut, bibirnya yang kecil imut dan sorot matanya yang sendu membuat aku tak mau melepaskan pandanganku kewajahnya. Lebih-lebih wajah itu tak lagi berkeringat seperti hari kemarin dan tadi pagi. Apa karena pelajaran kali ini yang menurutnya mudah sehingga ia tidak berfikir keras.
Sesaat aku tresentak ketika ia membalas tatapanku dengan tatapan yang jauh berbeda dengan tatapan yang kemarin dan esok tadi, sesaat kemudian
“ Kak ada apa, ada yang aneh ya “ ia berucap lirih biar tidak kedengeran pengawas ujian
Tanpa berfikir panjang aku menjawab dengan sedikit mendekatkan diri
“ Kamu cantik deh “
“ sejak dulu kala “ ia jawab dengan sedikit bernyanyi
“ kakak naksir anis ya, awas kalau bilang tidak “ dilanjutkannya ucapannya
Aku mencoba mengalihkan pembicaraan agar ndak kelihatan malu gitu.
“ Anis pernah punya pacar “
Ia hanya menggeleng
Kulanjutkan pertanyaanku
“ Pernah jatuh cinta “
“ Pernah “
Pembicaraan kamipun berlanjut dengan nada setengah berbisik, dengan sesekali membaca soal dan menuliskan jawaban di lembar jawab, ia tak segan bertanya soal yang menurutnya sulit dan tak tahu jawabannya.
Keluarlah ide dari batok kepalaku untuk menulis semua cerita Anisa di lembar jawaban untuk membuat paragraph tentang konflik social. Entah yang aku tulis cocok apa tidak dengan soal yang penting aku punya jawaban. Cerita yang anisa memang tak sempat aku cermati karena aku sibuk menulis ceritanya dalam lembar jawabanku. Bel pun berbunyi satu kali tanda ujian tinggal 5 menit.
“ Nis cek dulu kalau ada yang kurang atau salah”
“ ya kak “
Seperti biasanya waaktu istirahat aku biasa menghabiskannya dikantin sekolah hanya untuk sekedar minum atau bercanda dengan pemilik kantin, maklumlah tempat kostku kan ndak jauh dari sekolah. Sebelum aku meninggalkan ruang kelas ada suara yang memanggilku
“ kak…. Kak Dika mau kemana ? “
Mendengar suara itu aku berpaling ke belakang, e ternyata ada gadis dibelakangku yang tak lain adalah anisa.
“ Ke kantin, mau ikut “
Anisa hanya mengangguk seakan mengiyakan tawaaranku.
Kamipun berjalan beriringan menyusuri ruang-ruang karena ruang ujian kami berada diujung sekolah lantai 3 yang berbentuk I
Sesampainya dikantin kami mesan makanan, anisa mengawali pembicaraan
“ Kak Kenapa sih kakak pendiam, lebih-lebih kalau didekati cewek, jangan-jangan kak Dika pura-pura ya biar dibilang cowok pendiam “
Dalam keadaan setengah terkejut aku menjawab pertanyaan anisa
“ biasa saja, kurang nyaman kalau dekat dengan cewek aku merasa kurang percaya diri “
“ kakak belum pernah pacaran ya “
Aku hanya mengangguk
“ pernah jatuh cinta “
Aku hanya menggelengkan kepala
“ Terus kenapa kak “
Belum sempat aku menjawaab pertanyaan anisa bel masukpun sudah berbunyi. Anisa ingin tahu banget tentang apa yang aku rasakan saat itu. Aku jadi berfikir entah apa yang sedang ia rasakan.
Usai ujian terakhir aku ingin pulang, tidak mampir ke tempat kost terlebih dahulu karena udah kangen ama keluarga dikampung halaman. Sesampainya di gerbang depan aku melihat Anisah berdiri sendirian disisi kanan pintu sesekali memandang kea rah timur. Aku dekati dia
“ belum pulang Nis “
“ Belum kak, lagi nungguin adik “
Ternyata Anisa lagi nungguin jemputan Adiknya yang memang sekolah didaerah situ, yang berjarak 1km dari sekalah kami sekarang. E omong punya omong ternyata Anisa dulu adalah satu SMP dengan diriku.
“ Loh kakak kok lewat depan biasanya kan lewat belakang “
Aku bertambah heran
“ ya mau pulang “
“ Loh bukannya rumah kakak itu di daerah jalan kromowiryo “
Aku hanya tersenyum
“ oh ya kak, kakak kan belum jawab pertanyaanku yang kemaren “
“ pertanyaan yang mana “
Aku pura-pura lupa
“ Yang dikantin kemaren “
‘ Oh yang di kantin itu “
Kami pun ngomong ngalor ngidul ngetan ngulon.
Masa liburanpun Tiba, disela-sela hari libur aku beranikan diri berkunjung kerumah Nisa
Betullah apa pepatah jawa “ witing tresno jalaran songko kulino “ cinta kita pun terjalin karena rumus C4H6
Seperti sifatnya cinta kamipun membara,
Dalam hati Anisa aku bukanlah pria satu-satunya Anisa ternyata menjadikan aku pelarian cintanya dari perjodohan dengan pemuda pilihan orang tuanya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar