Selasa, 28 Januari 2014

DELLER PULSA MURAH

Anda yang lagi bingung cari deller pulsa,
tidak usah jauh-jauh keluar desa bahkan keluar kota
di kedungmutih sudah ada IZZA CELL nama nya
lokasinya di rt 10 rw 01 desa kedungmutih
harga pulsa berani bersaing, pendaftaran gratis
modal juga ringan
anda minat datang saja ke IZZA CELL atau sms ke 085727741332
deposit bisa di jemput untuk kedungmutih dan sekitarnya
ini daftar harganya.......
ee kalau udah daftar aja yaa......

Sabtu, 03 Agustus 2013

Arti Minal ‘Aidin wal Faizin bukan Mohon Maaf Lahir Batin

Ucapan ini: Selamat Hari Raya Idul Fitri, Taqobalallahu Minnaa wa Minkum, Minal ‘Aidin wal Faizin, Mohon Maaf Lahir Batin, merupakan ucapan yang biasa disampaikan dan diterima oleh kaum muslimin di hari lebaran baik melalui lisan ataupun kartu ucapan idul fitri. Ada dua kalimat yang diambil dari bahasa arab di sana, yaitu kalimat ke dua dan tiga. Apakah arti kedua kalimat itu? Dari mana asal-usulnya? Sebagian orang kadang cukup mengucapkan minal ‘aidin wal faizin dengan bermaksud meminta maaf. Benarkah dua kalimat yang terakhir memiliki makna yang sama?
Para Sahabat Rasulullah biasa mengucapkan kalimat Taqobalallaahu minnaa wa minkum di antara mereka. Arti kalimat ini adalah semoga Allah menerima dari kami dan dari kalian. Maksudnya, menerima amal ibadah kita semua selama bulan Ramadhan. Para sahabat juga biasa menambahkan: shiyamana wa shiyamakum, semoga juga puasaku dan kalian diterima.
Jadi kalimat yang ke dua dari ucapan selamat lebaran di atas memang biasa digunakan sejak jaman para Sahabat Nabi hingga sekarang.
Lalu bagaimana dengan kalimat: minal ‘aidin wal faizin? Menurut Quraish Shihab dalam bukunya Lentera Hati, kalimat ini mengandung dua kata pokok: ‘aidin dan faizin (Ini penulisan yang benar menurut ejaan bahasa indonesia, bukan aidzin,aidhin atau faidzin,faidhin. Kalau dalam tulisan bahasa arab: من العاءدين و الفاءيزين )
Yang pertama sebenarnya sama akar katanya dengan ‘Id pada Idul Fitri.  ‘Id itu artinya kembali, maksudnya sesuatu yang kembali atau berulang, dalam hal ini perayaan yang datang setiap tahun. Sementara Al Fitr, artinya berbuka, maksudnya tidak lagi berpuasa selama sebulan penuh. Jadi, Idul Fitri berarti “hari raya berbuka” dan ‘aidin menunjukkan para pelakunya, yaitu orang-orang yang kembali. (Ada juga yang menghubungkan al Fitr dengan Fitrah atau kesucian, asal kejadian)
Faizin berasal dari kata fawz yang berarti kemenangan. Maka, faizin adalah orang-orang yang menang. Menang di sini berarti memperoleh keberuntungan berupa ridha, ampunan dan nikmat surga. Sementara kata min dalam minal menunjukkan bagian dari sesuatu.
Sebenarnya ada potongan kalimat yang semestinya ditambahkan di depan kalimat ini, yaitu ja’alanallaahu (semoga Allah menjadikan kita). Jadi selengkapnya kalimat minal ‘aidin wal faizin bermakna (semoga Allah menjadikan kita) bagian dari orang-orang yang kembali (kepada ketaqwaan/kesucian) dan orang-orang yang menang (dari melawan hawa nafsu dan memperoleh ridha Allah). Jelaslah, meskipun diikuti dengan kalimat mohon maaf lahir batin, ia tidak mempunyai makna yang serupa. Bahkan sebenarnya merupakan tambahan doa untuk kita yang patut untuk diaminkan.
Wallahu a’lam.

Jumat, 21 September 2012

Sejarah Teknologi Informasi dan Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia hidup saling membutuhkan
satu sama lain dan berkomunikasi merupakan kebutuhan yang utama.
Untuk itu, manusia menciptakan sistem dan alat untuk berhubungan, mulai dari
melukis kisah di dinding gua, isyarat menggunakan asap atau bunyi, penulisan
hutuf, pengiriman surat, hingga munculnya telepon dan internet. Alat dan
sistem komunikasi yang diciptakan manusia kemudian dikenal dengan nama
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
1. Masa Prasejarah (Sebelum 3000 SM)
Awalnya, teknologi informasi dikembangkan manusia sebagai sistem
pengenalan bentuk-bentuk dengan menggambarkan informasi yang mereka
dapatkan pada dinding-dinding gua, misalnya tentang berburu dan binatang
buruannya. Pada masa itu, mereka mulai mengenal benda-benda di sekitar
lingkungan mereka dan mewakilkan bentuknya pada lukisan di dinding
gua tempat mereka tinggal. Kemampuan mereka dalam berbahasa hanya
berkisar pada bentuk suara dengusan dan isyarat tangan sebagai bentuk awal
komunikasi.
Perkembangan teknologi selanjutnya, yaitu dengan diciptakan dan digunakannya
alat-alat yang menghasilkan bunyi dan isyarat, seperti gendang,
terompet yang terbuat dari tanduk binatang, serta isyarat asap sebagai alat
pemberi peringatan terhadap bahaya.
Pada masa ini, teknologi informasi belum menjadi teknologi massal seperti
yang kita kenal sekarang dan hanya digunakan pada saat-saat khusus.

2. Masa Sejarah (3000 SM s.d. 1400 M)
Perkembangan tulisan semakin maju pada masa sejarah, mulai ditemukannya
abjad fonetik, kertas sebagai media penulisan yang mudah dibawa, hingga
cara pencentakan buku. Pada masa ini, informasi belum disebarkan secara
massal. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada masa sejarah
pada tabel berikut.

3. Masa Modern (1400 M – Sekarang)
Pada masa ini terjadi kemajuan yang berarti pada perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Untuk itu, pelajari tabel berikut.

Sejarah Teknologi Informasi dan Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia hidup saling membutuhkan
satu sama lain dan berkomunikasi merupakan kebutuhan yang utama.
Untuk itu, manusia menciptakan sistem dan alat untuk berhubungan, mulai dari
melukis kisah di dinding gua, isyarat menggunakan asap atau bunyi, penulisan
hutuf, pengiriman surat, hingga munculnya telepon dan internet. Alat dan
sistem komunikasi yang diciptakan manusia kemudian dikenal dengan nama
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
1. Masa Prasejarah (Sebelum 3000 SM)
Awalnya, teknologi informasi dikembangkan manusia sebagai sistem
pengenalan bentuk-bentuk dengan menggambarkan informasi yang mereka
dapatkan pada dinding-dinding gua, misalnya tentang berburu dan binatang
buruannya. Pada masa itu, mereka mulai mengenal benda-benda di sekitar
lingkungan mereka dan mewakilkan bentuknya pada lukisan di dinding
gua tempat mereka tinggal. Kemampuan mereka dalam berbahasa hanya
berkisar pada bentuk suara dengusan dan isyarat tangan sebagai bentuk awal
komunikasi.
Perkembangan teknologi selanjutnya, yaitu dengan diciptakan dan digunakannya
alat-alat yang menghasilkan bunyi dan isyarat, seperti gendang,
terompet yang terbuat dari tanduk binatang, serta isyarat asap sebagai alat
pemberi peringatan terhadap bahaya.
Pada masa ini, teknologi informasi belum menjadi teknologi massal seperti
yang kita kenal sekarang dan hanya digunakan pada saat-saat khusus.

2. Masa Sejarah (3000 SM s.d. 1400 M)
Perkembangan tulisan semakin maju pada masa sejarah, mulai ditemukannya
abjad fonetik, kertas sebagai media penulisan yang mudah dibawa, hingga
cara pencentakan buku. Pada masa ini, informasi belum disebarkan secara
massal. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada masa sejarah
pada tabel berikut.

3. Masa Modern (1400 M – Sekarang)
Pada masa ini terjadi kemajuan yang berarti pada perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Untuk itu, pelajari tabel berikut.

Senin, 10 September 2012


JADWAL PRAKTEK KOMPUTER
KELAS IX
SELASA , 11 SEPTEMBER 2012



JAM 13.30 JAM 14.30 JAM 15.30
TAZKIYATUN NIKMAH DIANATUS SHOLIHAH ISMATUL FASIKHA
AIDATUL HASANAH KHIFDHIYATUL ILMIAH MAHMUDAH
PURDANINGSIH KHULAILAH NIHAYATUL KAMALIYAH
ZUMROTUL HIKMAH LAILATUZ ZAHRO NURUL AFIYAH
NUR ISLAMIYATI LULUK HIDAYAH ULYATUL MUNDIK
FARIDHOTUL HASANAH MUSTAFIDAH AMINUDIN
MUHIMATUL KHOIROH QURROTUL A'YUN ROHMAN NAJIB
MUSLIM HIDAYAT ULYATUL HIKMAH MUSLIM HIDAYAT
IFA    

JADWAL PRAKTEK KOMPUTER
JUM'AT 14 SEPTEMBER 2012



JAM NAMA NILAI
3 ABDULLAH ARIS  
3 AHMAD RIYAN FAHMI  
3 FARID HIDAYAT  
3 MOH IMAM SHOLIHIN  
3 ANAS  
3 SAIKUL HADI  
3 FATHUS SHOLIHIN  
3 MUHAMMAD MUNIR  
3 IQBAL ASSAQIF  
4 ENI FATMAWATI  
4 NUR HIKMAH  
4 ZUMAROH  
4 RIFATUL AISYAH  
4 AZKIYATUR RIZKA  
4 WAQIATUL MAGFIROH  
4 MUHAMMA FALIHUS ISBAH  
4 MUKHAMMAD WAFI MUSTHOFA  
4 BAHRUL HIDAYAT  
1 IKA NOVIYATUN  
1 NURUL FATKHIYAH  
1 TUTIK HARYANTI  
1 AYUNA MAKRUFAH  
1 LILIS NUR INDAH SARI  
1 DUROTUN NAFISAH  
1 ISTIYANI  
1 ULFI ZAMAH  
2 KHIDHOTUL MAKSUNAH  
2 NAFIATUL UKHRO  
2 NIKMATUL MAGHFIROH  
2 NILA RIZQI AMALIA  
2 SITI AISYAH  
2 WILIS ANDRIYANI  
2 YUNI TRI ASTUTI  
2 IRSYADUL OBET  
2 MUHAMMAD RIFQIL HILAL  



KETERANGAN
JAM 1 12.30
JAM 2 13.30
JAM 3 14.30
JAM 4 15.30

Sabtu, 18 Agustus 2012

ASAL MULA HALAL BIHALAL

Seorang budayawan terkenal Dr Umar Khayam (alm), menyatakan bahwa tradisi Lebaran merupakan terobosan akulturasi budaya Jawa dan Islam. Kearifan para ulama di Jawa mampu memadukan kedua budaya tersebut demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat. Akhirnya tradisi Lebaran itu meluas ke seluruh wilayah Indonesia, dan melibatkan penduduk dari berbagai pemeluk agama. Untuk mengetahui akulturasi kedua budaya tersebut, kita cermati dulu profil budaya Islam secara global. Di negara-negara Islam di Timur Tengah dan Asia (selain Indonesia), sehabis umat Islam melaksanakan salat Idul Fitri tidak ada tradisi berjabatan tangan secara massal untuk saling memaafkan. Yang ada hanyalah beberapa orang secara sporadis berjabatan tangan sebagai tanda keakraban.
Menurut tuntunan ajaran Islam, saling memaafkan itu tidak ditetapkan waktunya setelah umat Islam menyelesaikan ibadah puasa Ramadan, melainkan kapan saja setelah seseorang merasa berbuat salah kepada orang lain, maka dia harus segera minta maaf kepada orang tersebut. Bahkan Allah SWT lebih menghargai seseorang yang memberi maaf kepada orang lain (Alquran Surat Ali Imran ayat 134).
Budaya sungkem
Dalam budaya Jawa, seseorang “sungkem” kepada orang yang lebih tua adalah suatu perbuatan yang terpuji. Sungkem bukannya simbol kerendahan derajat, melainkan justru menunjukkan perilaku utama. Tujuan sungkem, pertama, adalah sebagai lambang penghormatan, dan kedua, sebagai permohonan maaf, atau “nyuwun ngapura”. Istilah “ngapura” tampaknya berasal dari bahasa Arab “ghafura”.
Para ulama di Jawa tampaknya ingin benar mewujudkan tujuan puasa Ramadan. Selain untuk meningkatkan iman dan takwa, juga mengharapkan agar dosa-dosanya di waktu yang lampau diampuni oleh Allah SWT. Seseorang yang merasa berdosa kepada Allah SWT bisa langsung mohon pengampunan kepada-Nya. Tetapi, apakah semua dosanya bisa terhapus jika dia masih bersalah kepada orangorang lain yang dia belum minta maaf kepada mereka?
Nah, di sinilah para ulama mempunyai ide, bahwa di hari Lebaran itu antara seorang dengan yang lain perlu saling memaafkan kesalahan masingmasing, yang kemudian dilaksanakan secara kolektif dalam bentuk halal bihalal. Jadi, disebut hari Lebaran, karena puasa telah lebar (selesai), dan dosa-dosanya telah lebur (terhapus).
Dari uraian di muka dapat dimengerti, bahwa tradisi Lebaran berikut halal bihalal merupakan perpaduan antara unsur budaya Jawa dan budaya Islam.
Sejarah halal bihalal
Sejarah asal mula halal bihalal ada beberapa versi. Menurut sebuah sumber yang dekat dengan Keraton Surakarta, bahwa tradisi halal bihalal mula-mula dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan biaya, maka setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.
Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam, dengan istilah halal bihalal. Kemudian instansi-instansi pemerintah/swasta juga mengadakan halal bihalal, yang pesertanya meliputi warga masyarakat dari berbagai pemeluk agama.
Sampai pada tahap ini halal bihalal telah berfungsi sebagai media pertemuan dari segenap warga masyarakat. Dan dengan adanya acara saling memaafkan, maka hubungan antarmasyarakat menjadi lebih akrab dan penuh kekeluargaan.
Karena halal bihalal mempunyai efek yang positif bagi kerukunan dan keakraban warga masyarakat, maka tradisi halal bihalal perlu dilestarikan dan dikembangkan. Lebih-lebih pada akhir-akhir ini di negeri kita sering terjadi konflik sosial yang disebabkan karena pertentangan kepentingan.
Makna Idul Fitri
Ada tiga pengertian tentang Idul Fitri. Di kalangan ulama ada yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada kesucian. Artinya setelah selama bulan Ramadan umat Islam melatih diri menyucikan jasmani dan rohaninya, dan dengan harapan pula dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT, Maka memasuki hari Lebaran mereka telah menjadi suci lahir dan batin.
Ada yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada fitrah, atau naluri religius. Hal ini sesuai dengan Alquran Surat Al-Baqarah ayat 183, bahwa tujuan puasa adalah agar orang yang melakukannya menjadi orang yang takwa atau meningkat kualitas religiusitasnya.
Ada pula yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada keadaan di mana umat Islam diperbolehkan lagi makan dan minum siang hari seperti biasa. Di kalangan ahli bahasa Arab, pengertian ketiga itu dianggap yang paling tepat.
Dari ketiga makna tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam memasuki Idul Fitri umat Islam diharapkan mencapai kesucian lahir batin dan meningkat kualitas religiusitasnya. Salah satu ciri manusia religius adalah memiliki kepedulian terhadap nasib kaum yang sengsara. Dalam Surat Al-Ma’un ayat 1 -3 disebutkan, adalah dusta belaka kalau ada orang mengaku beragama tetapi tidak mempedulikan nasib anak yatim. Penyebutan anak yatim dalam ayat ini merupakan representasi dari kaum yang sengsara.
Oleh karena itu dapat kita pahami, bahwa umat Islam yang mampu wajib memberikan zakat fitrah kepada kaum fakir miskin, dan pemberian zakat tersebut paling lambat sebelum pelaksanaan salat Idul Fitri. Aturan ini dimaksudkan, agar pada waktu umat Islam yang mampu bergembira ria merayakan Idul Fitri jangan ada orang-orang miskin yang sedih, atau sampai menangis, karena tidak ada yang dimakan.
Agama Islam sangat menekankan harmonisasi hubungan antara si kaya dan si miskin. Orang-orang kaya diwajibkan mengeluarkan zakat mal (harta), untuk dibagikan kepada delapan asnaf (kelompok), di antaranya adalah kaum fakir miskin.
Dari uraian di muka dapat disimpulkan, bahwa Idul Fitri merupakan puncak dari suatu metode pendidikan mental yang berlangsung selama satu bulan untuk mewujudkan profil manusia yang suci lahir batin, memiliki kualitas keberagamaan yang tinggi, dan memelihara hubungan sosial yang harmonis.