By Jarar Siahaan On 20/08/2011
Menulis buku diary atau catatan harian. Apakah anda pernah menulis catatan harian? Kapan anda terakhir kali menulis buku diary? Apakah hanya remaja putri, siswi SMP, atau yang belum menikah yang pantas menulis buku catatan harian? Banyak pria dewasa, seperti penulis buku terkenal luar negeri, yang aktif menulis buku diary sejak usia muda dan terus berlangsung sampai tua. Dokter Faisal Baraas menerbitkan buku Catatan Harian Seorang Dokter berdasarkan isi buku diarynya dan berhasil mendapat penghargaan sebagai buku terbaik.
Pertama kali saya menulis buku catatan harian pada kelas 6 sekolah dasar. Rata-rata satu atau dua kali saya tulisi dalam seminggu. Tulisanku kala itu pendek-pendek saja, sekitar satu sampai tiga alinea. Biasanya tentang apa yang kualami bersama teman-teman sepermainan di kampung atau teman di sekolah.
Setelah SMP, isi buku diary saya “naik kelas” kontennya: sudah mulai bercerita tentang cinta-cintaan. Sesekali saya mulai menulis protes kecil-kecilan, seperti perasaan tidak suka terhadap cara seorang guru mengajar.
Yang tidak bisa saya lupakan adalah buku catatan harian ketika masa SMA. Buku diary tersebut berkesan karena dua hal:
Bentuk fisiknya yang unik. Bukan buku diary yang indah dan berwarna-warni seperti dijual di toko, tapi saya bikin sendiri dari kertas HVS putih polos. Ukurannya kecil, tapi cukup tebal.
Tulisan di dalamnya. Isi buku catatan harian ini adalah tulisanku dan tulisan pacarku saat itu. Kami berganti-ganti menulis di sana. Dengan pena, tulisan tangan.
Manfaat menulis catatan harian
Para ahli psikologi, ilmuwan, dan penulis profesional telah sering mengatakan bahwa menulis, termasuk menulis buku diary, sangat bermanfaat bagi si penulis.
1. Menulis bermanfaat bagi kesehatan mental.
Profesor psikologi Universitas Texas, James W. Pennebaker, Ph.D., dalam bukunya Opening Up: The Healing Power of Expressing Emotions menulis bahwa “kondisi mental orang yang biasa mengekspresikan emosi dan isi pikiran dengan cara menulis lebih stabil jika dibandingkan dengan orang yang tidak terbiasa menulis.” Penulis aktif lebih mampu mengendalikan stres.
2. Mengasah rasa dan kreativitas.
Mungkin anda tidak sadari, ketika anda menulis dalam buku catatan harian, anda telah sedang mengasah kepekaan perasaan anda terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan alam. Penulis buku diary juga cenderung lebih kreatif ketimbang orang yang tidak pernah menulis.
3. Menulis buku diary adalah mencatat sejarah.
Bayangkan jika anda aktif menulis buku catatan harian sejak kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga di usia tua nanti. Maka semua perjalanan hidup anda telah terekam, tercatat sebagai sejarah, dan akan sangat bermanfaat bila kelak dibaca oleh anak-cucu anda. Dengan teknologi komputer dan Internet saat ini, anda tidak harus menulis catatan harian pada kertas buku. Telah banyak orang menulis diary pada komputer atau situs Internet, misalnya blog pribadi, Facebook, atau Google Plus. Kalau akun online itu tidak anda hapus selamanya, maka sejarah hidup anda akan terakses berpuluh bahkan mungkin beratus tahun kemudian.
4. Buku catatan harian sebagai sumber uang.
Dr. dr. Faisal Baraas, Direktur Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta, adalah salah satu contoh penulis catatan harian yang aktif. Sejak kuliah hingga ditugaskan menjadi dokter, dia rutin menulis buku diarynya, bahkan hingga di usia yang telah tua. Umumnya berisi kisah-kisah dan keluhan pasien yang berobat padanya. Isi buku diary Faisal Baraas dulu sudah diterbitkan menjadi buku komersial dengan judul Catatan Harian Seorang Dokter, dan mendapat penghargaan sebagai buku terbaik. Isinya bukan soal ilmu medis, tapi kehidupan sosial dan aspek humanis dari pasien-pasiennya.
Bukan mustahil, isi buku diary anda kelak menjadi bahan utama untuk buku yang anda tulis, dan menjadi sumber penghasilan anda melalui royalti apabila buku itu laris-manis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar