Jumat, 21 September 2012

Sejarah Teknologi Informasi dan Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia hidup saling membutuhkan
satu sama lain dan berkomunikasi merupakan kebutuhan yang utama.
Untuk itu, manusia menciptakan sistem dan alat untuk berhubungan, mulai dari
melukis kisah di dinding gua, isyarat menggunakan asap atau bunyi, penulisan
hutuf, pengiriman surat, hingga munculnya telepon dan internet. Alat dan
sistem komunikasi yang diciptakan manusia kemudian dikenal dengan nama
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
1. Masa Prasejarah (Sebelum 3000 SM)
Awalnya, teknologi informasi dikembangkan manusia sebagai sistem
pengenalan bentuk-bentuk dengan menggambarkan informasi yang mereka
dapatkan pada dinding-dinding gua, misalnya tentang berburu dan binatang
buruannya. Pada masa itu, mereka mulai mengenal benda-benda di sekitar
lingkungan mereka dan mewakilkan bentuknya pada lukisan di dinding
gua tempat mereka tinggal. Kemampuan mereka dalam berbahasa hanya
berkisar pada bentuk suara dengusan dan isyarat tangan sebagai bentuk awal
komunikasi.
Perkembangan teknologi selanjutnya, yaitu dengan diciptakan dan digunakannya
alat-alat yang menghasilkan bunyi dan isyarat, seperti gendang,
terompet yang terbuat dari tanduk binatang, serta isyarat asap sebagai alat
pemberi peringatan terhadap bahaya.
Pada masa ini, teknologi informasi belum menjadi teknologi massal seperti
yang kita kenal sekarang dan hanya digunakan pada saat-saat khusus.

2. Masa Sejarah (3000 SM s.d. 1400 M)
Perkembangan tulisan semakin maju pada masa sejarah, mulai ditemukannya
abjad fonetik, kertas sebagai media penulisan yang mudah dibawa, hingga
cara pencentakan buku. Pada masa ini, informasi belum disebarkan secara
massal. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada masa sejarah
pada tabel berikut.

3. Masa Modern (1400 M – Sekarang)
Pada masa ini terjadi kemajuan yang berarti pada perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Untuk itu, pelajari tabel berikut.

Sejarah Teknologi Informasi dan Komunikasi

Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia hidup saling membutuhkan
satu sama lain dan berkomunikasi merupakan kebutuhan yang utama.
Untuk itu, manusia menciptakan sistem dan alat untuk berhubungan, mulai dari
melukis kisah di dinding gua, isyarat menggunakan asap atau bunyi, penulisan
hutuf, pengiriman surat, hingga munculnya telepon dan internet. Alat dan
sistem komunikasi yang diciptakan manusia kemudian dikenal dengan nama
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
1. Masa Prasejarah (Sebelum 3000 SM)
Awalnya, teknologi informasi dikembangkan manusia sebagai sistem
pengenalan bentuk-bentuk dengan menggambarkan informasi yang mereka
dapatkan pada dinding-dinding gua, misalnya tentang berburu dan binatang
buruannya. Pada masa itu, mereka mulai mengenal benda-benda di sekitar
lingkungan mereka dan mewakilkan bentuknya pada lukisan di dinding
gua tempat mereka tinggal. Kemampuan mereka dalam berbahasa hanya
berkisar pada bentuk suara dengusan dan isyarat tangan sebagai bentuk awal
komunikasi.
Perkembangan teknologi selanjutnya, yaitu dengan diciptakan dan digunakannya
alat-alat yang menghasilkan bunyi dan isyarat, seperti gendang,
terompet yang terbuat dari tanduk binatang, serta isyarat asap sebagai alat
pemberi peringatan terhadap bahaya.
Pada masa ini, teknologi informasi belum menjadi teknologi massal seperti
yang kita kenal sekarang dan hanya digunakan pada saat-saat khusus.

2. Masa Sejarah (3000 SM s.d. 1400 M)
Perkembangan tulisan semakin maju pada masa sejarah, mulai ditemukannya
abjad fonetik, kertas sebagai media penulisan yang mudah dibawa, hingga
cara pencentakan buku. Pada masa ini, informasi belum disebarkan secara
massal. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi pada masa sejarah
pada tabel berikut.

3. Masa Modern (1400 M – Sekarang)
Pada masa ini terjadi kemajuan yang berarti pada perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Untuk itu, pelajari tabel berikut.

Senin, 10 September 2012


JADWAL PRAKTEK KOMPUTER
KELAS IX
SELASA , 11 SEPTEMBER 2012



JAM 13.30 JAM 14.30 JAM 15.30
TAZKIYATUN NIKMAH DIANATUS SHOLIHAH ISMATUL FASIKHA
AIDATUL HASANAH KHIFDHIYATUL ILMIAH MAHMUDAH
PURDANINGSIH KHULAILAH NIHAYATUL KAMALIYAH
ZUMROTUL HIKMAH LAILATUZ ZAHRO NURUL AFIYAH
NUR ISLAMIYATI LULUK HIDAYAH ULYATUL MUNDIK
FARIDHOTUL HASANAH MUSTAFIDAH AMINUDIN
MUHIMATUL KHOIROH QURROTUL A'YUN ROHMAN NAJIB
MUSLIM HIDAYAT ULYATUL HIKMAH MUSLIM HIDAYAT
IFA    

JADWAL PRAKTEK KOMPUTER
JUM'AT 14 SEPTEMBER 2012



JAM NAMA NILAI
3 ABDULLAH ARIS  
3 AHMAD RIYAN FAHMI  
3 FARID HIDAYAT  
3 MOH IMAM SHOLIHIN  
3 ANAS  
3 SAIKUL HADI  
3 FATHUS SHOLIHIN  
3 MUHAMMAD MUNIR  
3 IQBAL ASSAQIF  
4 ENI FATMAWATI  
4 NUR HIKMAH  
4 ZUMAROH  
4 RIFATUL AISYAH  
4 AZKIYATUR RIZKA  
4 WAQIATUL MAGFIROH  
4 MUHAMMA FALIHUS ISBAH  
4 MUKHAMMAD WAFI MUSTHOFA  
4 BAHRUL HIDAYAT  
1 IKA NOVIYATUN  
1 NURUL FATKHIYAH  
1 TUTIK HARYANTI  
1 AYUNA MAKRUFAH  
1 LILIS NUR INDAH SARI  
1 DUROTUN NAFISAH  
1 ISTIYANI  
1 ULFI ZAMAH  
2 KHIDHOTUL MAKSUNAH  
2 NAFIATUL UKHRO  
2 NIKMATUL MAGHFIROH  
2 NILA RIZQI AMALIA  
2 SITI AISYAH  
2 WILIS ANDRIYANI  
2 YUNI TRI ASTUTI  
2 IRSYADUL OBET  
2 MUHAMMAD RIFQIL HILAL  



KETERANGAN
JAM 1 12.30
JAM 2 13.30
JAM 3 14.30
JAM 4 15.30

Sabtu, 18 Agustus 2012

ASAL MULA HALAL BIHALAL

Seorang budayawan terkenal Dr Umar Khayam (alm), menyatakan bahwa tradisi Lebaran merupakan terobosan akulturasi budaya Jawa dan Islam. Kearifan para ulama di Jawa mampu memadukan kedua budaya tersebut demi kerukunan dan kesejahteraan masyarakat. Akhirnya tradisi Lebaran itu meluas ke seluruh wilayah Indonesia, dan melibatkan penduduk dari berbagai pemeluk agama. Untuk mengetahui akulturasi kedua budaya tersebut, kita cermati dulu profil budaya Islam secara global. Di negara-negara Islam di Timur Tengah dan Asia (selain Indonesia), sehabis umat Islam melaksanakan salat Idul Fitri tidak ada tradisi berjabatan tangan secara massal untuk saling memaafkan. Yang ada hanyalah beberapa orang secara sporadis berjabatan tangan sebagai tanda keakraban.
Menurut tuntunan ajaran Islam, saling memaafkan itu tidak ditetapkan waktunya setelah umat Islam menyelesaikan ibadah puasa Ramadan, melainkan kapan saja setelah seseorang merasa berbuat salah kepada orang lain, maka dia harus segera minta maaf kepada orang tersebut. Bahkan Allah SWT lebih menghargai seseorang yang memberi maaf kepada orang lain (Alquran Surat Ali Imran ayat 134).
Budaya sungkem
Dalam budaya Jawa, seseorang “sungkem” kepada orang yang lebih tua adalah suatu perbuatan yang terpuji. Sungkem bukannya simbol kerendahan derajat, melainkan justru menunjukkan perilaku utama. Tujuan sungkem, pertama, adalah sebagai lambang penghormatan, dan kedua, sebagai permohonan maaf, atau “nyuwun ngapura”. Istilah “ngapura” tampaknya berasal dari bahasa Arab “ghafura”.
Para ulama di Jawa tampaknya ingin benar mewujudkan tujuan puasa Ramadan. Selain untuk meningkatkan iman dan takwa, juga mengharapkan agar dosa-dosanya di waktu yang lampau diampuni oleh Allah SWT. Seseorang yang merasa berdosa kepada Allah SWT bisa langsung mohon pengampunan kepada-Nya. Tetapi, apakah semua dosanya bisa terhapus jika dia masih bersalah kepada orangorang lain yang dia belum minta maaf kepada mereka?
Nah, di sinilah para ulama mempunyai ide, bahwa di hari Lebaran itu antara seorang dengan yang lain perlu saling memaafkan kesalahan masingmasing, yang kemudian dilaksanakan secara kolektif dalam bentuk halal bihalal. Jadi, disebut hari Lebaran, karena puasa telah lebar (selesai), dan dosa-dosanya telah lebur (terhapus).
Dari uraian di muka dapat dimengerti, bahwa tradisi Lebaran berikut halal bihalal merupakan perpaduan antara unsur budaya Jawa dan budaya Islam.
Sejarah halal bihalal
Sejarah asal mula halal bihalal ada beberapa versi. Menurut sebuah sumber yang dekat dengan Keraton Surakarta, bahwa tradisi halal bihalal mula-mula dirintis oleh KGPAA Mangkunegara I, yang terkenal dengan sebutan Pangeran Sambernyawa. Dalam rangka menghemat waktu, tenaga, pikiran, dan biaya, maka setelah salat Idul Fitri diadakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri.
Apa yang dilakukan oleh Pangeran Sambernyawa itu kemudian ditiru oleh organisasi-organisasi Islam, dengan istilah halal bihalal. Kemudian instansi-instansi pemerintah/swasta juga mengadakan halal bihalal, yang pesertanya meliputi warga masyarakat dari berbagai pemeluk agama.
Sampai pada tahap ini halal bihalal telah berfungsi sebagai media pertemuan dari segenap warga masyarakat. Dan dengan adanya acara saling memaafkan, maka hubungan antarmasyarakat menjadi lebih akrab dan penuh kekeluargaan.
Karena halal bihalal mempunyai efek yang positif bagi kerukunan dan keakraban warga masyarakat, maka tradisi halal bihalal perlu dilestarikan dan dikembangkan. Lebih-lebih pada akhir-akhir ini di negeri kita sering terjadi konflik sosial yang disebabkan karena pertentangan kepentingan.
Makna Idul Fitri
Ada tiga pengertian tentang Idul Fitri. Di kalangan ulama ada yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada kesucian. Artinya setelah selama bulan Ramadan umat Islam melatih diri menyucikan jasmani dan rohaninya, dan dengan harapan pula dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT, Maka memasuki hari Lebaran mereka telah menjadi suci lahir dan batin.
Ada yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada fitrah, atau naluri religius. Hal ini sesuai dengan Alquran Surat Al-Baqarah ayat 183, bahwa tujuan puasa adalah agar orang yang melakukannya menjadi orang yang takwa atau meningkat kualitas religiusitasnya.
Ada pula yang mengartikan Idul Fitri dengan kembali kepada keadaan di mana umat Islam diperbolehkan lagi makan dan minum siang hari seperti biasa. Di kalangan ahli bahasa Arab, pengertian ketiga itu dianggap yang paling tepat.
Dari ketiga makna tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam memasuki Idul Fitri umat Islam diharapkan mencapai kesucian lahir batin dan meningkat kualitas religiusitasnya. Salah satu ciri manusia religius adalah memiliki kepedulian terhadap nasib kaum yang sengsara. Dalam Surat Al-Ma’un ayat 1 -3 disebutkan, adalah dusta belaka kalau ada orang mengaku beragama tetapi tidak mempedulikan nasib anak yatim. Penyebutan anak yatim dalam ayat ini merupakan representasi dari kaum yang sengsara.
Oleh karena itu dapat kita pahami, bahwa umat Islam yang mampu wajib memberikan zakat fitrah kepada kaum fakir miskin, dan pemberian zakat tersebut paling lambat sebelum pelaksanaan salat Idul Fitri. Aturan ini dimaksudkan, agar pada waktu umat Islam yang mampu bergembira ria merayakan Idul Fitri jangan ada orang-orang miskin yang sedih, atau sampai menangis, karena tidak ada yang dimakan.
Agama Islam sangat menekankan harmonisasi hubungan antara si kaya dan si miskin. Orang-orang kaya diwajibkan mengeluarkan zakat mal (harta), untuk dibagikan kepada delapan asnaf (kelompok), di antaranya adalah kaum fakir miskin.
Dari uraian di muka dapat disimpulkan, bahwa Idul Fitri merupakan puncak dari suatu metode pendidikan mental yang berlangsung selama satu bulan untuk mewujudkan profil manusia yang suci lahir batin, memiliki kualitas keberagamaan yang tinggi, dan memelihara hubungan sosial yang harmonis.

Minggu, 25 Maret 2012

Pacar yang Hilang



Malam mulai menjelang ketika tubuh lunglaiku berbaring di atas sofa yang empuk, sendiri membuatku menatap langit-langit ruangan seluas lima kali empat meter. Terbayang kembali apa yeng telah aku tempuh selama sepuluh tahun terakhir dalam kehidupanku, kisah cinta, kehilangan, kepedihan dan kebahagiaan yang pernah aku rasakan bersama pacar yang hilang, “dimana dia sekarang, sedang apa, mungkinah ia tengah mereguk kebahagiaan bersama orang yang ia cintai?

Malam kemarin secara tak sengaja aku temukan kembali sebuah kertas surat kumal yang telah termakan oleh waktu yang jatuh dari arsip lamaku saat aku membereskan tumpukan kertas di kamarku.

Aku kenal surat itu, aku tahu isinya, dan aku tak pernah melewatkan membaca kembali surat itu, entahlah apa yang ada dibenakku saat aku menemukan kertas berwarna biru langit itu, aku selalu ingin membacanya dan terus membacanya, seperti juga saat malam kemarin kutemukan.

28 Januari 1998,
Aku yang selalu menunggu ketika kau pulang dengan segenap harapan, selalu menganyuhkan kakiku dengan cepat agar aku bisa menatap matamu yang teduh didepan rumahmu, karena kamu pernah berkata ada kenyamanan saat aku berada di depan pintu rumahmu, dan aku pernah berjanji, aku akan selalu ada di depan pintu rumahmu saat kau pulang,”

Ketika kau berikan cintamu kepadaku, aku seperti menemukan kembali sesuatu yang pernah ada dihatiku. Sejak saat itu aku selalu ingin menjadi pelabuhan ketika kau merasa sedih dan senang, ku ucapkan terimakasih atas cinta yang kau berikan kepadaku, kau datang di saat yang tepat, saat hidupku hancur berkeping dihantam sebuah penghianatan, saat tubuh lunglaiku terbalik ditelan gelombang kepedihan, mengantam karang dan mencerai beraikan semua harapanku akan hadirnya matahari pagi yang indah.


Sepenggal kisah cinta yang kita alami itu memang telah berakhir, karena kamu memang menginginkan itu, tetapi selama kakiku masih menjejak bumi yang indah ini kenangan itu tak akan pernah berakhir, tidak akan pernah hilang untuk selamanya, tidak akan pernah pudar walau jaman menggilasnya dengan kejam.


Pun ketika bumi berumur ratusan tahun, bahkan ribuan tahun, ketika jasadku terbaring kaku di pelukan bumi dan kembali bangun atas kehendakNya, kehangatan cintamu tak akan pernah lenyap walau setitik, cintamu akan selalu abadi dalam hidup dan matiku, dan itu janjiku padamu

Dari aku yang mencintaimu….


Selembar kertas kusam berwarna biru itu kembali mengingatkan kisah laluku yang sangat indah bersama pacar yang hilang, sekelumit kisah yang sebenarnya telah terangkai dalam anganku bertahun-tahun lamanya namun tertahan oleh keegoanku sendiri, terbelah oleh kemarahan sesaat yang sampai saat ini aku sesali, sampai akhirnya aku terbuang dalam keheningan yang membekukan jiwa dan ragaku.

Sepuluh tahun kenangan itu telah berlalu, saat hiruk pikuk kehidupan telah menampakan perubahan, saat jaman telah menghapusnya secara perlahan, saat kelembutan dan keteduhan tatapan matanya mulai pudar dalam bayangan ingatanku, saat senyum dan tawanya mulai sayup terdengar ditelingaku, ia kembali menampakan kelembutannya dalam mimpi-mimpiku.

Walau hanya sesaat, bayangan itu kembali mengusik kehidupanku, lambaian tangannya seolah memanggilku untuk mencumbunya, menghadirkan kembali kehangatan-kehangatan yang pernah aku berikan. Mimpi itu memaksaku mengingat semua, membuat mataku selalu ingin terpejam dan seolah memaksaku untuk mencari dan kembali padanya. Tetapi aku tak pernah bisa menemukan pacar yang hilang itu untuk sekedar meminta maaf dan mencium tangannya yang lembut.

Selamat Pagi My Diary


Selamat pagi diaryku….
Sudah lama ya aku tak mencoret-coret lembaran putihmu, pagi ini aku mau curhat banyak sama kamu, malam kemarin sama teman-teman gosipku ngomongin suami masing-masing, kamu taukan suamiku seperti apa, terkadang aku malu sama suamiku, soalnya dia beda sama para suami temanku. Bayangin deh minusnya suamiku ini, ia nggak ganteng-ganteng amat, wajahnya biasa saja.

Bukan itu saja, tidak seperti suami temenku yang selalu pergi jalan-jalan saat liburan tiba, suamiku malah ngajak nonton TV di rumah, katanya film di TV juga bagus-bagus dan nggak perlu ngeluarin biaya, karena uangnya bisa ditabung untuk masa depan anak-anak. Padahal aku ingin sekali seperti suami-suami temanku yang sering berpergian keluar kota bahkan keluar negeri untuk berlibur atau berbelanja.

Diaryku…
Kamu juga tahukan, suami aku jarang sekali menemaniku, ia lebih sering berada di kantor dan sibuk dengan pekerjaannya, kalaupun ada di rumah, ia lebih senang beristirahat dan sepertinya tak perduli dengan keadaanku yang selalu sibuk mengurus keadaan rumah. Yang menyebalkan ia jarang sekali memberiku kejutan seperti suami teman-temanku yang penuh romatisme dengan memberikan sekuntum bunga saat akhir pekan tiba.

Saat malam tiba, ia jarang sekali memelukku sekedar untuk menyatakan rasa cinta dan sayangnya padaku, paling-paling cuma kecupan di kening sambil berkata selamat tidur mama. Sementara teman-temanku selalu bercerita tentang suaminya yang selalu memeluk dengan erat, membelai rambut dan mengucapkan kata-kata cinta dan sayang saat menjelang pergi tidur, cerita yang selalu membuatku merasa iri.

Diaryku sayang….
Pagi ini sekali lagi aku merasa kesal. Betapa tidak, hari ini aku berulang tahun, tapi suamiku tercinta tak sedikitpun ingat. Sudah tiga tahun belakangan suamiku tak pernah ingat lagi akan hari spesialku, teman-teman SMU-ku saja masih mengingatnya dan selalu mengirimkan ucapan selamat. Tapi kenapa orang yang paling dekat denganku tidak sempat mengingatnya, “Sudah tak cintakah ia padaku?”

Maaaf ya diaryku sayang, hari ini aku  pergi ke rumah Selvi sahabatku untuk menumpahkan segala keluh kesahku, tentang suamiku yang tak lagi perhatian denganku. Tapi kemudian aku terkejut ketika mendapati Selvi tengah menangis dengan wajah yang lebam dibeberapa bagian karena pukulan suaminya. Padahal setahuku Selvi adalah sahabat yang paling sering bercerita tentang suaminya yang setia, yang penyayang, yang sabar, pokoknya serba lebih deh….

Tapi ternyata semuanya semu, penuh kepura-puraan dan munafik. Sahabatku itu memergoki suaminya yang tengah bercinta dengan perempuan lain di rumahnya, di kamar kesayangan, di ranjang temapt ia setiap malam memadu kasih, oh Selvi sungguh malangnya nasibmu, cerita yang selama ini kamu lontarkan ternyata tak sindah warna aslinya.

Diaryku…..
Sejak saat itu aku sadar, bahwa aku memiliki suami yang sabar tanpa kepura-puraan. Dari sekian kekurangannya ternyata ia memiliki segudang kelebihan. Ia memang sederhana dan polos tapi ia jujur, ia memang tak mempesona tetapi ia setia, ia memang tak memberi banyak pilihan, tetapi tanpa kusadari ia telah menghabiskan waktunya untuk hidupku. Membuatkan aku rumah untuk berteduh, memberikan aku ranjang empuk dan hangat untuk tempatku beristirahat. Ya Tuhan betapa bodohnya aku….

Diaryku sayang….
Ternyata selama ini aku tak pernah bersyukur memiliki suami yang demikian baik dan santun, aku terlalu banyak memikirkan hal-hal negative dari pada sisi positifnya. Buktinya malam tadi aku dikejutkan dengan hadirnya sebuah kado berwarna merah jambu di meja riasku, dan sebentuk cincin bermata berlian kudapati dalam kotak itu, sementara suamiku sudah terlelap tidur dengan dasi masih menempel dipakaiannya. Malam itu, aku benar-benar merasa tersanjung, benar-benar merasa sangat beruntung

Diaryku sayang…
Malam itu kupleuk suamiku dengan erat, kubelai rambutnya dengan kasih sayang yang teramat sangat, mengecup bibirnya dengan sejuta sayang. Dan ia terbangun, yang pertama terucap dari mulutnya adalah, “Selamat ulang tahun istriku tercinta, semoga Tuhan menganugerahimu semua yang kau inginkan,”. Aku memeluknya dengan erat, air mataku tumpah tanpa bisa kubendung, “Aku cuma ingin kau selalu bersamaku mas, tak lebih dari itu,”

Rabu, 15 Februari 2012

Ternyata Hari Jum’at itu Istimewa

Saudariku, kabar gembira untuk kita semua bahwa ternyata kita mempunyai hari yang istimewa dalam deretan 7 hari yang kita kenal. Hari itu adalah hari jum’at. Saudariku, hari jum’at memang istimewa namun tidak selayaknya kita berlebihan dalam menanggapinya. Dalam artian, kita mengkhususkan dengan ibadah tertentu misalnya puasa tertentu khusus hari Jum’at, tidak boleh pula mengkhususkan bacaan dzikir, do’a dan membaca surat-surat tertentu pada malam dan hari jum’at kecuali yang disyari’atkan.

Nah artikel kali ini, akan menguraikan beberapa keutamaan-keutamaan serta amalan-amalan yang disyari’atkan pada hari jum’at. Semoga dengan kita memahami keutamaannya, kita bisa lebih bersemangat untuk memaksimalkan dalam melaksanakan amalan-amalan yang disyari’atkan pada hari itu, dan agar bisa meraih keutamaan-keutamaan tersebut.
Keutamaan Hari Jum’at
1. Hari paling utama di dunia
Ada beberapa peristiwa yang terjadi pada hari jum’at ini, antara lain:
  • Allah menciptakan Nabi Adam ‘alaihissallam dan mewafatkannya.
  • Hari Nabi Adam ‘alaihissallam dimasukkan ke dalam surga.
  • Hari Nabi Adam ‘alaihissallam diturunkan dari surga menuju bumi.
  • Hari akan terjadinya kiamat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata:
“Hari paling baik dimana matahari terbit pada hari itu adalah hari jumat, pada hari itu Adam diciptakan, dan pada hari itu pula Adam dimasukkan ke dalam surga, serta diturunkan dari surga, pada hari itu juga kiamat akan terjadi, pada hari tersebut terdapat suatu waktu dimana tidaklah seorang mukmin shalat menghadap Allah mengharapkan kebaikan kecuali Allah akan mengabulkan permintannya.” (HR. Muslim)
2. Hari bagi kaum muslimin
Hari jum’at adalah hari berkumpulnya umt Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam masjid-masjid mereka yang besar untuk mengikuti shalat dan sebelumnya mendengarkan dua khutbah jum’at yang berisi wasiat taqwa dan nasehat-nasehat, serta do’a.
Dari Kuzhaifah dan Rabi’i bin Harrasy radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Allah menyesatkan orang-orang sebelum kami pada hari jum’at, Yahudi pada hari sabtu, dan Nasrani pada hari ahad, kemudian Allah mendatangkan kami dan memberi petunjuk pada hari jum’at, mereka umat sebelum kami akan menjadi pengikut pada hari kiamat, kami adalah yang terakhir dari penghuni dunia ini dan yang pertama pada hari kiamat yang akan dihakimi sebelum umat yang lain.” (HR. Muslim dan Ibnu Majah)
3. Hari yang paling mulia dan merupakan penghulu dari hari-hari
Dari Abu Lubabah bin Ibnu Mundzir radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Hari jum’at adalah penghulu hari-hari dan hari yang paling mulia di sisi Allah, hari jum’at ini lebih mulia dari hari raya Idhul Fitri dan Idul Adha di sisi Allah, pada hari jum’at terdapat lima peristiwa, diciptakannya Adam dan diturunkannya ke bumi, pada hari jum’at juga Adam dimatikan, di hari jum’at terdapat waktu yang mana jika seseorang meminta kepada Allah maka akan dikabulkan selama tidak memohon yang haram, dan di hari jum’at pula akan terjadi kiamat, tidaklah seseorang malaikat yang dekat di sisi Allah, di bumi dan di langit kecuali dia dikasihi pada hari jum’at.” (HR. Ahmad)
4. Waktu yang mustajab untuk berdo’a
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut hari jum’at lalu beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Di hari jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seseorang muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan dikabulkan.” Lalu beliau memberi isyarat dengan tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu. (HR. Bukhari Muslim)
Namun mengenai penentuan waktu, para ulama berselisih pendapat. Diantara pendapat-pendapat tersebut ada 2 pendapat yang paling kuat:
a. Waktu itu dimulai dari duduknya imam sampai pelaksanaan shalat jum’at
Dari Abu Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu bahwa ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata padanya, “Apakah engkau telah mendengar ayahmu meriwayatkan hadits dari Rasulullah sehubungan dengan waktu ijaabah pada hari jum’at?” Lalu Abu Burdah mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah bersabda, ‘Yaitu waktu antara duduknya imam sampai shalat dilaksanakan.’” (HR. Muslim)
Imam Nawawi rahimahullah menguatkan pendapat di atas. Sedangkan Imam As-Suyuthi rahimahullah menentukan waktu yang dimaksud adalah ketika shalat didirikan.
b. Batas akhir dari waktu tersebut hingga setelah ‘ashar
Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hari jum’at itu dua belas jam. Tidak ada seorang muslimpun yang memohon sesuatu kepada Allah dalam waktu tersebut melainkan akan dikabulkan oleh Allah. Maka peganglah erat-erat (ingatlah bahwa) akhir dari waktu tersebut jatuh setelah ‘ashar.” (HR. Abu Dawud)
Dan yang menguatkan pendapat kedua ini adalah Imam Ibnul Qayyim rahimahullah, beliau mengatakn bahwa, “Ini adalah pendapat yang dipegang oleh kebanyakan generasi salaf dan banyak sekali hadits-hadits mengenainya.”
5. Dosa-dosanya diampuni antara jum’at tersebut dengan jum’at sebelumnya
Dari Salman Al-Farisi radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah seseorang mandi pada hari jum’at dan bersuci semampunya, berminyak dengan minyak, atau mengoleskan minyak wangi dari rumahnya, kemudian keluar (menuju masjid), dan dia tidak memisahkan dua orang (yang sedang duduk berdampingan), kemudian dia mendirikan shalat yang sesuai dengan tuntunannya, lalu diam mendengarkan (dengan seksama) ketika imam berkhutbah melainkan akan diampuni (dosa-dosanya yang terjadi) antara jum’at tersebut dan jum’at berikutnya.” (HR. Bukhari)
Amalan-Amalan yang Disyari’atkan pada Hari Jum’at
1. Memperbanyak shalawat
Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Perbanyaklah shalawat kepadaku setiap hari jum’at karena shalawatnya umatku akan dipersembahkan untukku pada hari jum’at, maka barangsiapa yang paling banyak bershalawat kepadaku, dia akan paling dekat derajatnya denganku.” (HR. Baihaqi dengan sanad shahih)
2. Membaca surat Al Kahfi
Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari jum’at akan diberikan cahaya baginya diantara dua jum’at.” (HR. Al Hakim dan Baihaqi dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
3. Memperbanyak do’a (HR Abu Daud poin 4b.)
4. Amalan-amalan shalat jum’at (wajib bagi laki-laki)
  • Mandi, bersiwak, dan memakai wangi-wangian.
  • Berpagi-pagi menuju tempat shalat jum’at.
  • Diam mendengarkan khatib berkhutbah.
  • Memakai pakaian yang terbaik.
  • Melakukan shalat sunnah selama imam belum naik ke atas mimbar.
Saudariku, setelah membaca artikel tersebut semoga kita bisa mendapat manfaat yang lebih besar dengan menambah amalan-amalan ibadah yang disyari’atkan. Sungguh begitu banyak jalan agar kita bisa meraup pahala sebanyak-banyaknya sebagai bekal perjalanan kita di akhirat kelak. Wallahu a’lam.

Minggu, 12 Februari 2012

Pantun Nasihat

Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding
Banyak sayur dijual di pasar
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
cepat cepatlah pergi makan

Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.

Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan

Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Pinang muda dibelah dua
Anak burung mati diranggah
Dari muda sampai ke tua
Ajaran baik jangan diubah

Anak ayam turun sepuluh
Mati satu tinggal sembilan
Tuntutlah ilmu dengan sungguh-sungguh
Supaya engkau tidak ketinggalan

Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan

Anak ayam turun delapan
Mati satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju

Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana

Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci

Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya

Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati

Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.

Tiap nafas tiadalah kekal,
Siapkan bekal menjelang wafat.
Turutlah Nabi siapkan bekal,
Dengan sebar ilmu manfaat.

Jumat, 10 Februari 2012

Pramuka net home arrow Baiknya Pramuka tahu arrow Anda tahu kita pun tahu lainpun tahu arrow Arti Kiasan Tanda Jabatan Anggota Dewasa Arti Kiasan Tanda Jabatan Anggota Dewasa

Setiap Tanda Jabatan memiliki arti tersendiri, Seperti Tanda jabatan Pembina Pramuka, Pelatih, Andalan dan Mabi, arti kiasannya sebagai berikut :
Tanda Pembina Pramuka
ImageTanda Pembina Pramuka ini berbentuk kemudi dengan 8 buah pegangan, yang ditengah terdapat gambar tunas kelapa diatas dasar lingkaran yang terbagi tiga sama luasnya, disertai sinar memancar dari pusat lingkaran menuju ke tepi lencana berbentuk segi 10 beraturan, mengiaskan bahwa Pembina Pramuka bertugas mengendalikan Satuannya beserta seluruh peserta didik di dalamnya (8 arah mata angin), guna melaksanakan Tri Satya (lingkaran terbagi tiga) dan Dasa Darma (segi sepuluh), dalam rangka mencapai tujuan Gerakan pramuka (tunas kelapa).

Tanda Pelatih Pembina Pramuka
ImageTanda ini terdiri atas jantung berwarna merah putih, dengan bintang bersudut lima, dan garis jari-jari menuju ke 8 arah, dengan dua jari-jari mendatar lebih tebal dari 6 jari-jari lainnya. Jari-jari ini menghubungkan jantung dengan mata rantai bulat dan segi empat. Semuanya mengiaskan bahwa tugas Pelatih Pembina Pramuka adalah seperti jantung (bhs Latin = Cor), mengisap gagasan, pengetahuan, pengalaman dan kecakapan para Pembina Pramuka pria (lingkaran) dan wanita (segi empat), yang ada disegala penjuru tanah air kita (8 arah mata angin), melalui pembuluh darah balik (jari-jari kecil). Gagasan, pengetahuan, pengalaman dan kecakapan Pembina Pramuka tersebut akan diolah dengan diberi “bumbu”, rasa kecintaan kepada tanah air (patriotisme, merah dan putih) serta jiwa Pancasila (bintang bersudut lima). Sesudah itu bahan-bahan tersebut akan disebarluaskan kembali kepada para Pembina Pramuka, melalui pembuluh nadi (dua jari-jari tebal) yaitu pendidikan bagi anggota dewasa, di seluruh penjuru tanah air yang membeujur sepanjang garis khatulistiwa (jari-jari tebal mendatar).
Pelaksanaan tugas Pelatih dan pemancaran bahan latihan Pramuka yang diwarnai rasa cinta tanah air dan jiwa Pancasila ini (sinar memancar dari pusat lingkaran keluar) dilaksanakan secara terus menerus selama 24 jam sehari (24 mata rantai), 7 hari dalam seminggu (7 mata rantai bertuliskan GERAKAN dan PRAMUKA) dan 12 bulan dalam setahun (12 mata rantai lingkaran dan 12 mata rantai segi empat).

Tanda Andalan
ImageTanda Andalan berbentuk segi 10 beraturan, dengan sinar memancar dari pusat lingkaran keluar, sinar itu memancar dari tunas kelapa yang dilingkari 61 butir padi yang bernas, mengiaskan bahwa Andalan adalah anggota yang diandalkan (diberi kepercayaan anggota lainnya) untuk mengelola organisasi Gerakan Pramuka di wilayahnya  (tunas kelapa) yang didirikan pada tahun 1961 (61 butir padi yang melingkar), dalam rangka menanamkan jiwa Pramuka (tunas kelapa) dan pengamalan Dasa Darma (segi 10 beraturan).

Tanda Majelis Pembimbing
ImageTanda Majelis Pembimbing berbentuk segi 10 beraturan, dengan sinar memancar dari pusat lingkaran keluar, 10 buah sinar besar menopang segi 10 beraturan tersebut. Sinar tersebut memancar dari tunas kelapa yang dilingkari 61 butir padi yang bernas. Semuanya mengiaskan bahwa anggota Majelis Pembimbing adalah anggota Gerakan Pramuka yang mempunyai kewajiban memberi dukungan (10 sinar pendukung) kepada seluruh jajaran Gerakan Pramuka di wilayahnya, untuk mengelola Gerakan Pramuka yang didirikan tahun 1961 (61 butir padi yang melingkar) dalam rangka menyebarluaskan jiwa Pramuka (tunas kelapa) dan mengamalkan Dasa Darma (segi 10 beraturan).

Tanda Pimpinan Saka dan Pamong Saka
ImageTanda Pimpinan Saka dan Pamong Saka berbentuk lingkaran dengan sinar terpancar dari pusatnya, menuju kemata rantai yang melingkar, terdiri atas segi 4 dan lingkaran, bertulisan GERAKAN PRAMUKA dan gambar tunas kelapa, mengkiaskan bahwa Pimpinan Saka dan Pamong Saka bertugas menyebarluaskan hal-hal yang berkaitan dengan Saka yang bersangkutan, ke semua anggota Gerakan Pramukayang membentuk rantai persaudaraan Pramuka puteri (segi empat) dan putera (lingkaran).
Gambar di tengah tanda Pimpinan Saka dan Pamong Saka ini menggambarkan ciri khas Saka yang bersangkutan, yang artinya sesuai dengan arti tanda Saka tersebut.

BIOGRAFI BADEN POWELL

Berbicara tentang PRAMUKA, maka kita harus mengenal pendiri Gerakan Kepanduan ini yang telah membuat suatu loncatan dalam sejarah yang mengejutkan dunia, berikut Biografi BP :

Nama  Lengkap                       : Robert Stephenson Smyth Baden Powell.
Nama Panggilan                     : Baden Powell atau BP (bee-pee/bipi).
Nama Kecil                              : Ste, Stephe, Stephenson atau Steevie.
Tempat / Tanggal Lahir          : London ( Inggris ) / 22 Februari 1857.
Wafat                                      : Nyeri, Kenya 8 Januari 1941.
Nama Ayah                             : Prof.Domine Baden Powell.
Nama Ibu                                : Miss Henrietta Grace Smyth.
Nama Saudara                       : Warrington, George, Augustus, Frank, Penrose, Agnes, Henrietta,            Jessie dan Baden Fletcher.
Nama Istri                               : Olave St.Clair Soames ( Lady Baden Powell ).
Nama Anak                             : Peter, Heather dan Betty.
Buku – Buku Karya BP             : Scouting For Boys, Aids To Scouting, Rovering to Success dsb.
Penghargaan                           : Ashanti Star (1895), Metabele Campaign (1897), South African War Queen’s (1899), South African War King’s (1901), Companion Order of yhe Batc (1900),dsb.
Warga Kehormatan                : Newcastle, Tyne, Bangor, Cardiff, Harwich, Kingston on Thames, Poole, Guildford, Blandford, London, Canterbury ddan Pontecraft.
Cerita singkat tentang BP:
BP adalah seorang tentara inggris dan penemu the Boy Scouts, lahir di london dan merupakan lulusan Charterhouse School. Bergabung dengan pasukan Hussars ke-13 di India pada tahun 1876. Dari 1888 s/d 1895, BP sukses bertugas, di India, Afganistan, Zulu, dan Ashanti. Sebelum dan semasa Perang Boer, BP bertugas sebagai perwira staff dari pasukan Kerajaan Inggris (1896-1897), menjadi kolonel dari pasukan berkuda, Afrika Selatan, dan Letnan Kolonel dari Pengawal Nagake-5 (5th Dragon Guards, 1897-1899). Karena keberaniaan dan penggabdiannya selama mertahankan Kota Mafikeng (dulu Mafeking) dari kepunyaan musuh, dipromosikan menjadi mayor jenderal.
BP kemudian kembali ke Inggris, pad tahun 1908 BP menjadi Letnan Jenderal. Dianugrahi gelar KeSATRIA tahun 1909, kemudian pensiun dari dinas militer pada tahun berikutnya. BP membentuk the Boys Scouts di tahun 1908 dan dua tahun berikutnya BP membantu mendirikan the Girl Guides, organisasi serupa untuk para anak – anak dan remaja putri selama Perang Dunia I

Golongan Bidang TKK

Lima golongan TKK tersebut ditandai dengan warna dasar TKK yang berbeda, dan digolongkan menjadi:

TKK Bidang Kesehatan dan Ketangkasan dengan warna dasar putih, meliputi:
  1. TKK Gerak Jalan
  2. TKK Pengamat
  3. TKK Penyelidik
  4. TKK Perenang
  5. TKK Juru Layar
  6. TKK Juru Selam
  7. TKK Pendayung
  8. TKK Ski Air
  9. TKK Pencak Silat
  10. TKK Posyandu/TKK Keluarga Berencana

TKK Bidang Agama, Mental, Moral, Spiritual, Pembentukan Pribadi, dan Watak dengan warna dasar kuning, meliputi:
  1. TKK Salat
  2. TKK Khatib
  3. TKK Qori
  4. TKK Muadzin
  5. TKK Penabung
  6. TKK Doa
  7. TKK Gereja
  8. TKK Pelayanan
  9. TKK Saksi Kristus
  10. TKK Terang Alkitab
  11. TKK Suluh Gereja
  12. TKK Bhakti
  13. TKK Dharmapala
  14. TKK Wicaksana
  15. TKK Dana Punia
  16. TKK Bhakti
  17. TKK Pendididkan KB
dan lain-lain

TKK Bidang Keterampilan Teknik Pembangunan dengan warna dasar hijau, meliputi:
  1. TKK Penjilid Buku
  2. TKK Juru Potret
  3. TKK Juru Kulit
  4. TKK Juru Logam
  5. TKK Penenun
  6. TKK Penangkap Ikan
  7. TKK Juru Kebun
  8. TKK Peternak Ulat Sutera
  9. TKK Peternak Lebah
  10. TKK Peternak Kelinci
  11. TKK Filateli
  12. TKK Pengumpul Lencana
  13. TKK Pengumpul Mata Uang
  14. TKK Pengumpul Tanaman Kering
  15. TKK Pengumpul Tanaman Hidup
  16. TKK Juru Masak
  17. TKK Pecinta Dirgantara
  18. TKK Pembuat Pesawat Model
  19. TKK Pengenal Cuaca
  20. TKK Komunikasi
  21. TKK Penjelajah
  22. TKK Juru Peta
  23. TKK Juru Navigasi Laut
  24. TKK Juru Isyarat Bendera
  25. TKK Pelaut
  26. TKK Pengembara
  27. TKK Petani Padi
  28. TKK Penanam Tanaman Hias
  29. TKK Petani Cabai
  30. TKK Juru Bambu
  31. TKK Juru Anyam
  32. TKK Juru Kayu
  33. TKK Juru Batu
  34. TKK Peternak Itik
  35. TKK Peternak Ayam
  36. TKK Peternak Sapi
  37. TKK Peternak Merpati
  38. TKK Pengumpul
  39. TKK Pengumpul Benda
  40. TKK Pengumpul Hewan
  41. TKK Juru Semboyan
  42. TKK Penjahit
  43. TKK Pengendara Sepeda
  44. TKK Juru Konstruksi Pesawat Udara
  45. TKK Juru Mesin Pesawat Udara
  46. TKK Juru Navigasi Udara
  47. TKK Juru Evakuasi Mesin
  48. TKK Pengenal Pesawat Udara
  49. TKK Juru Isyarat Elektronika
  50. TKK Juru Isyarat Optika
  51. TKK Perencana Kapal
  52. TKK Perahu Motor
  53. TKK Berkemah
  54. TKK Petani Bawang
  55. TKK Petani Tanaman Jalar
  56. TKK Peternak Belut
  57. TKK Peternak Lele
  58. TKK Statistika Keluarga Berencana
  59. TKK Pengatur Ruangan
  60. TKK Pengatur Meja Makan
TKK Bidang Sosial, Perikemanusiaan, Gotong Royong, Ketertiban, Masyarakat, Perdamaian Dunia, dan Lingkungan Hidup dengan warna dasar biru, meliputi:
  1. TKK Pemadam Kebakaran
  2. TKK Pengatur Lalu Lintas
  3. TKK Pengamanan Lingkungan
  4. TKK Penunjuk Jalan
  5. TKK Juru Bahasa
  6. TKK Juru Penerang
  7. TKK Korespondensi
  8. TKK Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
  9. TKK Penyuluh Padi
  10. TKK Keadaan Darurat Udara
  11. TKK Keadaan Darurat Laut
  12. TKK Pembantu Ibu
  13. TKK Pengasuh Anak
  14. TKK Penerima Tamu
  15. TKK Pendaki Gunung
  16. TKK Juru Ukur
  17. TKK Kependudukan
  18. TKK Pendataan Keluarga Berencana
  19. TKK Kesejahteraan Keluarga
TKK Bidang Patriotisme dan Seni Budaya dengan warna dasar merah, meliputi:
  1. TKK Dirigen
  2. TKK Penyanyi
  3. TKK Pelukis
  4. TKK Juru Gambar
  5. TKK Pengarang
  6. TKK Pembaca
  7. TKK Pengatur Rumah

Adipati Karna

Beberapa jam sebelum sebelum pagi, sebelum gelombang pertempuran meledak lagi di Kurusetra, Karna tepekur sendirian di dalam kemahnya. Istrinya tidur pulas di peraduan. Karna tahu, hidupnya tak lama lagi. Karena itu, ia menulis sepucuk surat kepada Surtikanti istrinya.
“Peramal menujum aku akan tewas dalam perang ini. Tapi jangan dengarkan mereka, Surtikanti. Dengarkanlah aku. Nasib mungkin memihak musuh. Tapi aku akan menghadapi mereka – juga bila harus melalui mati.

“Mati, saat ini, rasanya bukan lagi soalku, Istriku. Mungkin karena alasan perangku lebih besar ketimbang hidup. Atau setidaknya alasan itu adalah alasan kehidupan sendiri: aku berperang untuk mengukuhkan siapa aku. Di pagi nanti, Karna tewas atau Karna menang, keduanya akan menentukan siapa dia. Sebab, siapa sebenarnya aku, Surtikanti, selama ini, selain seorang yang tak jelas kastanya, tak jelas asal-usul, tak jelas kaumnya?
“Jangan kau sedih. Aku memang mengulang kegetiranku. Di dunia kita yang telah dinubuat ini, Istriku, seseorang hanya mendapatkan dirinya tak jauh dari pintunya berangkat. Betapa menyesakkan! Sebab itu, Istriku, aku harus membuktikan bahwa seseorang ada, seseorang menjadi, karena tindakannya, karena pilihannya – bukan karena ia telah selesai dirumuskan.
Seorang resi pernah berkata: pada mulanya adalah Sabda, dan Sabda menjadi Kodrat. Bagiku, pada mulanya adalah perbuatan. Dari perbuatan lahir pengetahuan, dan dengan pengetahuan itu aku bisa merumuskan diriku. Bagiku, Surtikanti, Kodrat adalah sesuatu yang tidak ada; dewa-dewa tak pernah menyabdakannya. Telah kuduga itu ketika namaku masih Si Radheya. Dulu.
“Kini bisa kuceritakan kepadamu apa yang terjadi pada Si Radheya, ketika ia berumur 16 tahun: hari itu ia tahu bahwa ibunya bukanlah ibunya yang sebenarnya, dan bapaknya — seorang sais — bukanlah bapaknya yang sebenarnya. Ia anak pungut, Surtikanti.
Ada yang menduga, seorang putri bangsawan tinggi melahirkan bayi yang tak dikehendaki dan membuangnya ke air. Dan itulah aku. Aku menangis ketika semua itu dituturkan padaku oleh wanita yang selama ini kusebut ibuku. Ternyata, aku bukan lagi bagian seasal dari dirinya, betapapun ikhlasnya kasih sayang.
Dan mulai saat itu, aku kembali terbuang, seorang bocah yang hanyut, di sepanjang tepian.
“Lalu kucari ilmu, istriku. Kau tahu, mengapa? Ilmu akan mengukuhkan aku bukan cuma anak suta yang hina. Meskipun kukatakan kepada Radha, ibuku, bahwa ilmu tak mengenal kasta, tak memandang harta — dan karena itu di sanalah aku akan bebas — sesungguhnya aku berjusta, juga pada diriku sendiri: diam-diam aku ingin ingkar kepada kelas orang-orang yang mengasihiku. Sebab, ternyata di dunia kita yang menyesakkan ini, Surtikanti, ilmu pun telah jadi lambang tentang mana yang rendah, mana yang tinggi.
“Aku datang berguru kepada Durna, tapi Durna menolakku karena aku bukan ningrat, bukan kesatria. Aku datang kepada Bhargawa, mengaku anak brahmana dan jadi muridnya – tapi kemudian ia mengutukku ketika ia menuduhku anak kesatria, kelas yang dibencinya itu, yang berbohong.
“Memang, setelah kukuasai semua astra dan semua senjata, aku tahu ilmu bisa melepaskan kita dari perbedaan susunan rendah dan tinggi. Tapi akhirnya hanya tindakan besar yang membebaskanku tindakan Pangeran Duryudana. Dialah yang mengangkatku jadi penguasa di Angga, istriku, dan dari sanalah aku seakan lahir kembali: kini benar aku bukan anak kasta yang dihinakan. Dan aku meminangmu.
“Ya, aku tahu mengapa Duryudana mengangkatku, ketika para Pandawa menghinaku, di pertandingan memanah di arena Hastina belasan tahun yang lalu itu; mereka menolak melawanku karena bagi mereka, anak sais tak berhak bertanding dengan anak raja.
Duryudana ingin memperlihatkan, di depan rakyat yang menonton, betapa tak adilnya para Pandawa. Dan Putra Mahkota Kurawa itu mungkin juga memperhitungkan aku bisa digunakannya buat menghadap musuhnya yang lima itu.
“Tapi apa pun niat hatinya, tindakannya adil dan kata-katanya benar: ‘Keberanian bisa datang dari siapa saja, karena seorang kesatria ada bukan hanya karena ayahbundanya, tapi toh bisa keluar dari batu gunung yang tak dikenal.
“Rasanya, akulah salah satu batu gunung itu, Surtikanti, yang menerbitkan perciknya sendiri. Inilah kemerdekaanku. Arjuna memilih pihaknya karena darah yang mengalir di tubuhnya, aku memilih pihakku karena kehendakku sendiri. Arjuna berperang untuk sebidang kerajaan yang dulu haknya, aku berperang bukan untuk memperoleh. Maka, jika aku esok mau, istriku, kenanglah kebahagiaan itu. Satu-satunya kesedihanku ialah bahwa aku tak akan lagi bisa memandangmu, ketika kau memandangku.”
Sampai di situ Karna berhenti; tangannya tergetar. Tapi segera ia mengusap busur panah di sisi duduknya. Kurusetra senyap. Malam mengerang kesakitan. Keesokan harinya, Karna memang gugur di tangan Arjuna, saudara seibunya.
==================================
Adhipati Karna utawa Basukarna iku ratu ing Ngawangga (Awangga), negara cilik kebawah negara Astina. Garwané asma Dèwi Surtikanti, putrané Prabu Salya ratu ing Mandaraka. Dèwi Surtikanthi iku mbakyuné Dèwi Banowati (garwané Prabu Duryudana), mula ing padhalangan Prabu Duryudana yèn ngaturi Prabu Karna, “Kaka Prabu Karna” utawa “Kaka Adipati Karna”.
Karna pancen putrané Bathara Surya lan Dèwi Kunthi, mula Karna iku klebu drajating Wasu, yakuwi manungsa setengah déwa. Mula ora mokal yèn Karna kasinungan kadigdayan kang linuwih. Prigel ulah warastra (jemparing) prasasat timbang karo keprigelané Arjuna. Kejaba panah Kuntawijayadanu (Kunta Druwasa), pusakané Karna wujud keris aran Kiai Kaladete (yèn ing padhalangan gagrak Sala sinebut Kiai Jalak). Aji-ajiné Karna yakuwi aji Kalalupa (bisa ngetokaké buta akèh banget), lan Naracabala (bisa ngetokaké gegaman manéka warna).
Tembung Karna kuwi dhéwé sejatiné nduwéni teges kuping, amarga lairé seka kuping. Critané mangkéné: nalika Dèwi Kunthi isih kenya naté meguru marang resi Druwasa kang sekti. Karo sang resi Druwasa, Dèwi Kunthi diparingi mantram panggendhaming déwa aran Adityahredaya iya Punta Wekasing Rasa Tunggal Sabda Tanpa Lawanan, kang dayané yèn diwateg bakal nekakaké déwa sing lagi sela. Welingé sang resi, Dèwi Kunthi ora éntuk ngrapal mantra kuwi sembarangan, yèn perlu temenan waé. Amarga péngén ngerti kasiaté mantra kuwi sawijining dina Dèwi Kunthi ngrapal mantra saka sang resi. Kabeneran Déwa sing lagi sela yaiku Bhatara Surya kang nguwasani srengéngé. Kocap kacarita Bhatara Surya seneng karo Kunthi. Nalika ngerti yèn Dèwi Kunthi anggarbini banjur Bhatara Surya mbudidaya supaya jabang bayi bisa lahir tanpa liwat guwa garba. Kanthi kasektenané Bhatara Surya, si jabang bayi bisa dilairké saka kuping utawa karna. Mula banjur diparingi asma Karna. (Basukarna). Bayi Karna nuli diwadhahi kendhaga, banjur dikelekaké ing bengawan Gangga. Ing tembé bayi Karna ditemu déning kusir Adhirata.
Nanging miturut crita padhalangan jabang bayi Karna dadi puta angkaté Prabu Radeya ratu ing Pethapralaya. Sawisé diwasa Karna bisa jumeneng ratu ing Awangga, amarga bisa ngalahaké Prabu Karnamandra (Kala Karna), ratu ing negara iki. Patihé Karna asmané Patih Adimanggala (Surahadimanggala).
Ing perang Bharatayudha, Karna mbélani Kurawa. Satria iki ngerti yèn sejatiné Kurawa kang salah. Nanging dhèwèké ngugemi jejer ing satriya kudu mbela sapa wong sing mbiyèn mbela dhèwèké. Ing perang kuwi, Karna bisa maténi Gathotkaca nganggo pusaka Kuntowijoyondanu. Dhèwèké uga méh maténi Arjuna. Nanging panahé luput amarga Prabu Salya nyendhal jarané. Salya nalika iku dadi kusiré Karna, kang sejatiné mantuné dhéwé. Déné Arjuna dikusiri déning Kresna. Lakon iki kondhang kanthi irah-irahan Karna Tandhing amarga Arjuna uga macak kaya Karna. Ing kéné, Karna mati kena panahé Arjuna, kyai Pasopati.
Adhipati Karna iku salah sijining tokoh wayang sing kalebu antagonis ning bisa diarani simpatik. Dhèwèké bisa kaanggep anti hero. Kaya déné Kumbakarna, Adhipati Karna asring dadi panutan ing perkara nasionalisme

Cerita Pandhawa Lima

Para Pandhawa Lima (basa Sansekreta: Pañca Pāṇḍava) iku Prabu Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, lan Sadewa.
Lima paraga iki turunane Prabu Pandhu kang dadi raja ing Astina. Pandhu disepata dening dewa bakal mati yen saresmi karo garwane. Pandhu nerjang wewaler lan banjur mati. Dewi Madrim, garwane, melu belapati, kamangka nalika iku lagi nggarbini. Nalika suduk salira iku lair Nakula lan Sadewa kang kembar. Dene Yudhistira, Bima, lan Arjuna lair seka Dewi Kunti. Sadurunge karo Pandhu, Dewi Kunthi nate nglairake bayi kang banjur diwenehi jeneng Suryatmaja.

Pandhawa dadi satru Kurawa ing Bharatayudha. Dene, Suryatmaja melu Kurawa nglawan sedulur-sedulure dhewe.
Pandhawa, ing budaya Jawa, mlebu wong-wong kang kudu diruwat. Yen ora diruwat bakal dipangan Bathara Kala.

1.Yudhistira

Jeneng Yudhistira, ing crita Jawa, asline dianggo dening raja jin ing alas Mertani. Ing lakon Babad Alas Mertani, Pandhawa kasil ngalahake jin-jin ing alas kuwi. Yudhistira manjing ana ing ragane Puntadewa, pembarepe Pandhawa. Jeneng Yudhistira luwih kondhang dienggo dening Puntadewa kang banjur dadi raja ing Amarta, Indraprasta, iya Cintakapura, utawa Batanakawarsa, sing tilas alas Mertani.

Ing Mahabharata, Yudhistira (utawa tinulis Yudisthira) iku ya Puntadewa dhewe. Dheweke lair saka bun-bunan Dewi Kunti, mula saka iku dijenengi Puntadewa kang tegese punjering kaluhuran. Yudhistira dhewe maknane raja prajurit. Ing Mahabharata, Pandhawa duwe bojo kang padha, yaiku Dewi Drupadhi (poliandri). Nanging ing wayang, Drupadhi iku bojone Puntadewa. Seka jejodhoan iki nuwuhake Pancawala.

Ing padhalangan, Puntadewa iku putra pembarepe Prabu Pandhu Dewanata (ratu Astina) lan Dewi Kunthi. Dasanamane, Yudhistira, Darmakusuma, Darmaputra, Darmaraja, Darmawangsa, Wijakangka(Dwijakangka), Gunatalikrama,Samiaji, lan Sang Ajathasatru. Miturut layang Mahabharata,salugune Puntadewa putrane Bathara Dharma, dewane keadilan, srana Bathara Dharma manunggalake rasane karo Dewi Kunthi kang mateg dayane aji Adityahredaya (yen miturut padhalangan “mateg aji Panggendaming dewa” kang aran Puntawekasing Rasa Tunggal Sabda tanpa Lawanan). Rehne bab mau rinasa kurang trep ing bebrayan Jawa, mula dening para pujangga kita banjur diowahi, di jumbuhake laro tuntunan budaya Jawa lan kapribaden Jawa kang isine yane peputra ora karo bojone dhewe kuwi klebu tumindak sing nistha. Mulane ing crita padhalangan, Puntadewa iku putrane Prabu pandu, ratu ing Astina (Ngastina) lan Dewi Kunthi, dene Bathara Dharma kuwi dadi bapa angkate, kang uga banjur manitis ana anggane untadewa. Mula saka iku, Puntadewa uga sinebut Darmakusuma. Garwa prameswarine Prabu Puntadewa iku mung siji, Dewi Drupadi, putrine Prabu Drupada, ratu ing negara Pancala iya Cempala. Karo Dewi Drupadi banjur peputra siji aran Pancawala.

Ing versi Mahabharata India, Yudhistira pinter olah kaprajuritan lan gagah nalika perang. Yudhistira iku artine raja prajurit. Nanging ing crita Jawa, Yudhistira iya Puntadewa iku kondhang kadidene titah ludira seta. Kang mengkono mau kagawa saka watake sing jujur, salawase urip ora gelem dhora (ngapusi. Dhemen tetulung kepara apa sing didarbeki yen dijaluk wong liya diwenehake. Mula Puntadewa uga kondhang sinebut manungsa lega donya lila ing pati.

Minangka tuladha, ing lakon Indrajala Maling (lakon carangan), Prabu Puntadewa ditembung dijaluk patine kanggo numbali wewalak ing negara Buluketiga. Sang Prabu ya manut. Dhirine dipasrahake. Ngenani wewatakane paraga siji iki, oncek-oncekane utawa anggone ndudah kudu permati. Awit akeh bab-babe sing rasane angel ditrapake ing sajroning penguripane wong sawantah.

Ing lakon Baratayuda, Prabu Puntadewa tetep nglenggahi watake sing ora gelem ngapusi. nalika Pandhita Durna madeg senopati agung, kabeh Pandhawa rumangsa bingung. Sebab, dikaya ngapaa wae Pandhita Durna kuwi gurune Pandhawa. Apa hiya murid arep wani marang gurune ?
Untung Prabu Kresna ora kurang iguh pertikele. Terus sing didhawuhi ngadhepi Pandhita Durna iku putra Pancala, Raden Dhresthajumena. Kresna mung dhawuh marang Werkudara supaya merjaya gajah titihane senopati pengampinmg (Prabu Prameya) kang aran Gajah Esthitama. Sawise gajah kelakon mati dikepruk gada Rujakpolo, kabeh wadya Pandhawa banjur kadhawuhan alok yen Esthitama mati. Pamirenge Pandhita Durna sing mati mau Aswatama. Mula Pandhita Durna banjur nglumpruk otot bebayune, kaya wis kelangan daya. Kanthi ati sing bingung, urna banjur takon mrana-mrene, kalebu marang para panakawan, marang Werkudara, arjuna, Nakula, sadewa, lan sapitutrute. Kabeh anggone mangsuli padha gelem dhora yen Aswatama pancen mati. Durna akhire takon marang Puntadewa. bareng ditakoni kaya mengkonmo mau mesthi wae Sang Prabu bingung banget, mosok arep goroh ?

Dibisiki karo Prabu Kresna yen kala-kala wong kena goroh sethitik-sethitik ora apa-apa, nanging Puntadewa tetep puguh ora gelem goroh. Kresna golek cara liya, supaya anggone matur marang Durna nalika ngucapake tembung ësthi”sing lirih banget wae, dene anggone ngucapake tembung “tama”sing cukup sero.

Tenan, diucapake dening Prabu Puntadewa ngono kuwi. Saka pangrungune Pandhita Durna, Aswatama mati, mula Durna banjur nglumpruk ing sangarepe Puntadewa, ning Sang Prabu banjur digandheng Kresna sumingkir saka papan kono. Karimijen tanpa daya, Durna ketekan Dhresthajumena kang wis kepanjingan yitmane Prabu Ekalaya iya Palgunadi kang pingin males ukum. Kanthi pedang ligan, Pandhita Durna ditigas janggane, satemah pralaya.

Prabu Puntadewa sing sabar tur banget lila-legawa pambegane iku tau diapusi Kurawa lumantar Patih Sengkuni srana kasukan main dadu kanthi totohane negara. Satemah para Pandhawa sakadang kudu gelem nglakoni dadi wong buangan ing alas suwene 12 taun. Ing pakeliran pusakane kang asring dadi kembang lambe dhalang yaiku Jimat Kalimasada Pustaka Jamus. Ana uga Payung Kyai Tunggulnaga lan tombak tumbak Kyai Karawelang, lan sangsangan robyong (tilarane Prabu Yudhistira, ratu Mertani) kang dayane, menawa Puntadewa nesu lan astane nganthi nyeggol kalung iki, sanalika sarirane salin wujud dadi brahala utawa buta kang gedhene sagunung anakan kanthu kulit putih kang apraceka Dewa Amral iya Dewa Mambang.

Ing pungkasaning crita, Puntadewa munggah swarga bareng karo sedulur-sedulure. Puntadewa bareng karo asune moksa sing pungkasan. Tinimbang Pandhawa liyane, raja iki luwih resik atine. Ora kumalungkung, ora sok kuwasa, jujur, lan ngugemi agama kanthi ngati-ati.

Ing sorga, Puntadewa ora trima amarga sedulur-sedulure padha mlebu neraka. Dheweke njaluk supaya melu mlebu neraka. Kamangka, para Kurawa malah enak-enak ana surga. Jebul kuwi mung sawetara. Pandhawa kudu nglebur dosa dhisik sawetara banjur mlebu surga. Dene Kurawa bisa ngrasaake endahing surga amarga ana sawetara kabecikan, nanging ora akeh. Sawise Kurawa ngrasakake sorga banjur dilebokake ana ing neraka.

2.Bima

Bima utawa kang luwih kaloka kanthi jeneng Werkudara iku putrané Prabu Pandhu Déwanata (ratu Ngastina) lan Dèwi Kunthi Talibrata kang nomer loro. Sedhuluré kabèh cacahé ana lima kang banjur sinebut Pandhawa. Mula Bima iya banjur sinebut satriya Panenggak Pandhawa.

Miturut Kitab Mahabharata, Bima (Bhima) dilairaké wujud bayi lumrah. Lair saka guwa garbané Dèwi Kunthi. Ramané bebisik Bathara Bayu, déwaning angin. Kacarita, sawijining ésuk Dèwi Kunthi ngenggar-enggar penggalih laro nggendhong Bhima sing isih bayi. Dumadakan ana macan saka suwaliking grumbul. Awit saking kageté, Bhima mrucut saka gendhongan, tiba ing sadhuwuré watu gilang sing gedhéné sasirah gajah. Anèhé dudu sirahé Bhima sing pecah, nanging malah watuné sing ajur mumur. Bhima gereng-gereng nangis nggolèki ibuné. Krungu tangisé Bhima iki, macan sing mauné arep mbadhog (mangsa) bayi Bhima malah gila, satemah mlayu sipat kuping.

Miturut crita pedhalangan, Bima (Werkudara) dilairaké wujud bungkus. Jaman isih cilik urip ing Astina, nanging sakwisé ditundhung déning Korawa, Bima lan sedulur-seduluré dibuwang lang pungkasané bisa babat Alas Mertani. Dhèwèké banjur urip ing kesatriyan Jodhipati/Unggulpawenang.

Bojone telu (gagrag Jogjakarta), yaiku :
Dèwi Nagagini, nduwé anak jenengé Antareja.
Dèwi Arimbi, nduwé anak jenengé Gathotkaca.
Dèwi Urangayu, nduwé anak jenengé Antasena.

Anak-anaké Bima iki asring dadi pralambang prejurit. Antareja bisa ambles bumi, kang njaga dharatan. Gatotkaca bisa mabur, kang njaga awang-awang. Antasena bisa ambles bumi lan urip ing banyu, kang njaga laut.

Bima uga klebu dadi salah sijiné warga Bayu kang cacahé ana wolu, yakuwi Bathara bayu dhéwé, Anoman, Liman Situbandha, Garudha Mahambira, Sarpa Nagakuwara, Gunung Maenaka, lan Ditya Jajawreka. Bima utawa Werkudara uga klebu dadi putrané Bathara Bayu, mula banjur sinebut Bayuputra iya bayu Tanaya kang tegesé anak Bayu (déwaning angin).

Aji-ajiné aran aji bandhungbadawasa, Blabag Pangantol-antol lan Wungkal bener. Gegamané kang kondhang yaiku Gada Rujakpolo lan kuku Pancanaka. Bima ora gelem basa karo sapa waé, kejaba nalika ing lakon Bima Suci/Nawaruci. Ing lakon iki Bima ketemu karo Déwa Ruci. Wujudé Déwa Ruci kaya déné Bima. Déwa iki metu seka kupingé lan ngandhani Bima perkara filsafat urip.
Ing pungkasan crita wayang, Bima muksa bareng karo Pandhawa liyané nuju swargaloka.

Dasanamane Bimo
Bayusuta : putrané Bathara Bayu
Ballawa : gedhé dhuwur
Bratasena : keturunan Barata kang prakosa
Bhima : ngédab-édabi (Mahabharata)
Birawa : gedhé lan medèni
Dandunwacana: teguh
Nagata : nyata
Kowara : kondhang
Sena : prakosa
Werkodara/Werkudara
Wijasena
Pandhusiwi.
Kusumayuda
Kusumadilaga
Gandhawastratmaja

3.Arjuna

Arjuna iku menawa miturut crita padhalangan, putra Prabu Pandhudéwanata, ratu Astina, klawan Dèwi Kunthi sing nomer telu. Mula saka kuwi, Arjuna banjur sinebut satriya “Panengah Pandhawa”.
Sedhuluré nunggal rama lan ibu ana loro, yaiku Puntadéwa (Yudhistira) lan Werkudara (Bima). Déné, sedulur nunggal rama séjé ibu ana loro, yakuwi Nakula (Pinten) lan Sadewa (Tangsen). Kabèh putrané Pandhu iku disebut Pandhawa, saka linggané tembung Pandhu lan Hawa kang tegesé anak. Dadi cethané tembung Pandhawa iku tegesé anak Pandhu. Déné yèn miturut layang Mahabharata, Arjuna iku saluguné putrané Bathara Indra kang miyos saka Dèwi Kunthi srana Dèwi Kunthi mateg aji panggendhaming déwa aran Adityahredaya (miturut Mahabharata) utawa aji Punta wekasing Rasa Tunggal Sabda tanpa lawanan (miturut pedhalangan) paringané Resi Druwasa. Mula Arjuna uga sesilih Indratanaya kang tegesé putrané Bathara Indra. Kasatriyané Arjuna ana ing Madukara, patihé asma Surata (patih Rata).
Garwané Arjuna pirang-pirang, kabèh putri éndahing warna (ayu-ayu). Ana anak ratu, anak pandhita, anak déwa, anak taksaka (ula), lan sapituruté. Putrané uga pirang-pirang turta bagus-bagus, umpamané :
Dèwi Sumbadra, peputra Abimanyu
Dèwi Larasati/Rarasati, peputra Sumitra lan Brantalaras.
Dèwi Srikandhi.
Dèwi Ulupi/Palupi, Irawan
Dèwi Jimambang,anaké Begawan Wilwuk.\/Wilawuk ing pertapan Pringcendhani peputra Kumaladéwa lan Kumalasekti.
Dèwi Manuhara, anaké Begawan Sidanggana ing Andhongsekhar peputra Pregiwa lan Pregiwati
Dèwi Dresanala,putrané Bathara Brama, peputra Wisanggeni.
Dèwi Wilutama, peputra Bambang Wilugangga.
Bathari Supraba, putriné Bathara Indra, peputra Bambang Prabakusuma.
Dèwi Ratri (atmajané Prabu Yudhistira ing negara Mertani), peputra Bambang Wijanarka.

Ana salah sijining wanita kang ditresnani Arjuna nanging malah dadi garwané wayang liya, yaiku Dèwi Banowati. Nanging sawisé rampung Bharatayudha, Banowati bisa dadi siji karo Arjuna, ora kétung mung sewengi.

Satemené bojo (garwa) lan anak akèh iku minangka gegambaran yèn Arjuna dhemen gawé lelabuhan becik (sing dipralambangaké kadidéné putri sulistya). Mula undhuh-undhuhané uga kabecikan sing akèh (dipralambangaké anaké pirang-pirang bagus-bagus lan ayu-ayu). Yèn sing ditindhakaké iku pakarti ala, asilé mesthi uga ala.

Arjuna wis naté mbangunaké tapa lan madheg pendhita ing Gua Mintaraga kang dumunung ing puncaké gunung Indrakila, kanthi peparab Begawan Ciptaning iya Mintaraga. Arjuna uga tau dadi ratu ing kahyangan Tinjomaya (ngratoni para widodara-widodari) suwéné 7 dina, kanthi jejuluk Prabu Karitin/Kariti iya Wilikithi. Anggoné jumeneng nata ing Tenjomaya amarga Arjuna wis gawé lelabuhan becik marang para déwa kanthi nyirnakaké kraman kang ngrabasa ing kahyangan yakuwi Prabu Niwatakawaca, ratu buta saka negara Manik Ima-Imantaka.

Ing Bharatayudha, Arjuna perang tandhing mungsuh Adipati Karna. Abot rasané ati, merga dhèwèké adu arep karo sedulur tuwa nunggal ibu séjé bapa. Nanging rasa mangu-mangu iki bisa diilangaké déning Prabu Bathara Kresna. Arjuna banjur maju ing palagan tandhing lawan seduluré sing diajeni. Wusanané Adipati Karna gugur ana sajroning paprangan. Ing perang baratayuda uga, Arjuna kèlangan kabèh putra-putrané. Nanging putuné, Parikesit, dadi raja ing Astina. Sawisé perang, Arjuna pindhah dadi raja ing Buwanakeling, kang mauné dadi kratoné Jayadrata. Ing bubaran perang uga, kabèh bojoné dipatèni déning Aswatama. Uripé Arjuna rampung bareng karo Pandhawa liyané munggah menyang kahyangan laku liwat Himalaya.

Dasanamane Arjuna
Janaka
Kiritin/Walikithi
Parta
Pritaputra
Permadi/Pamade
Dananjaya
Kumbalyali (ing padhalangan asring disebut Kumbang Ali-Ali)
Ciptaning Mintaraga (ing lakon Begawan Ciptaning)
Pandusiwi/Pandhuputra
Indratanaya
Jahnawi
Palguna
Danasmara
Margana
Gudhakesa
Wibatsuh
Kandhi Wrahatnala (nalika nylamur laku dadi banci)

Aji-ajine Arjuna
Palimunan/panglimunan = bisa ngilang.
Tunggengmaya = bisa gawé banyu.
Sepiangin = bisa mlaku tanpa napak lemah banteré pindha angin.
Mlayabumi = bisa ngalahké mungsuh.
Pengasihan/sempaliputri = disenengi wong akèh.
Asmaragama/kamasutra = ngèlmu saresmi.

Gamane Arjuna
Pecut Kyai Pamuk
Panah Pasopati
Panah Harya Sangkali
Panah Ardhadehali/Hrudhadhedali
Ali-ali Mustika Ampal
Trompet Dewadata
Keris Pulanggeni
Brahmasira/Agniyastra
Panah Merdaging
Panah Mercujiwa
Sarotama
Keris Kyai Kalanadhah
Busur Kyai Gendhewa

Wandané wayang Arjuna ana lima, yakuwi wanda Jimat (anggitané Panembahan Senopati lan Sultan Agung Hanyakrakusuma),wanda Kanyut, wanda Kinanthi, lan wanda Malat. Yèn wayang Arjuna gagrak Yogyakarta wandané ana telu, yakuwi wanda Janggleng (rai lan awak kuning/prada) kanggo adegan paseban, sedhih; wanda Yudhasmara (sunggingan rai lan awak kuning, kanggo adegan roman (percintaan); lan wanda Kinanthi (sunggingan rai ireng awak kuning kanggo adegan sawisé metu saka kedhaton utawa kanggo perang).

4.Nakula

Nakula iku sawijining paraga Mahabharata. Nakula artine ‘’bisa nguwasabi awake dhewe’’. Ing pedhalangan, nalika isih enom Nakula nganggo jeneng Pinten. Pinten iku sejatine jeneng tanduran kang godhonge bisa kanggo obat. Kaya jenenge, Nakula lantip ing obat-obatan amarga tinitisan Batara Aswi , dewane tabib. Satriya iki salah sijine Pandhawa lan nduwe kembaran kang jenenge Sadewa. Beda karo Yudhistira, Werkudara, lan Janaka, Nakula lan Sadewa iki lair seka Dewi Madrim. Nalika Pandhu palastra, Dewi Madrim bela pati lan kembar iki lair seka wetenge kang suwek dening keris.

Raden Nakula kuwi satriya kembar kemanikan. Sedulur kembare aran Raden Sadewa iya Sahadewa. Sekarone putrane nata ing Astina, Prabu Pandhudewanata, lan mijil saka garwa Dewi Madrim, kadang enome Raden narasoma iya Prabu Salya nata ing Mandaraka.Ing Mahabharata, Nakula artine ‘’bisa nguwasabi awake dhewe’’. Ing pedhalangan, nalika isih padha cilik-cilik, Nakula kuwi arane Pinten, lan kembarane Sadewa aran Tangsen. Pinten iku sejatine jeneng tandhuran kanmg godhonge bisa kanggo obat, Kaya jenenge, Nakula lan sadewa lantip ing babagan obat-obatan amraga satriya sakloron kuwi titise dewa kembar, Bathara Aswan lan Aswin, dewane tabib. Satriya sakembaran iku klebu sedulur nunggal rama seje ibu yen karo Prabu Puntadewa, Werkudara lan Arjuna. Lan satriya lima kasebut kawentar kanthi aran Pandhawa. Kekarone setya lan bekti banget marang para kadhang sepuhe, senadyan seje ibu. Prabu Puntadewa, Werkudara, lan Arjuna mijil saka ibu Dewi Kunthi.

Nalika dumadine perang baratayuda, Prabu salya melu Kurawa. Siji mbaka siji senopati Kurawa padha gugur. Nganthi Prabu Salya piyambak sabanjure nyarirani pribadi dadi senopati agung. Jalaran Prabu salya iku iya isih marasepuhe Prabu Duryudana, nata Astina. Nalika mireng yen kang madeg senopati agung Prabu salya, para Pandhawa padha bingung. nanging botohe Pandhawa sing sugih pratikel, Prabu Kresna banjur dhawuh marang Nakula lan Sadewa supaya marak ing ngarsane Prabu salya, api-api nyuwun dipateni wae. Mesthi wae Prabu Salya ora mentala mateni perunane kuwi. Malah banjur atine rumangsa keranta-ranta merga kelingan amarng adhine (Dewi Madrimm) kang wis sedha bela pati marang Pandhu lan ninggali bayi kembar kang isih abang, yakuwi Pinten lan tangsen iku. Mung merga saka beciking pakartine Dewi Kunthi, bayi kembar kuwi nadyan dudu putrane dhewe tetep digula wentah kanthi kebak rasa tresna asih tanprabedha karo anake dhewe.

Jroning bathine, satemene Prabu salya luwih tresna lan abot marang para Pandhawa kuwi ketimbang marang mantune. Lan saliyane trenyuh bareng ndeleng Nakula-Sadewa, Prabu Salya uga banjur kelingan marang marasepuhe, Begawan Bagaspati sing sedane merga saka pakartine Sang Prabu Salya duk isih enome. Sang Begawan nalika sedane ninggal suwara yen babak nagih janji lumantar ratu kang kasinungan ludira seta, sing ora liya Prabu Puntadewa.

Mula Salya banjur paring dhawuh marang nakula-Sedewa supaya bali, lan meling supaya sing methuake yudane, Prabu Puntadewa. Temenan, bareng tempuking yuda, Prabu Salya nglilakae patine nalika adu arep karo Prabu Puntadewa. Aji-ajine aran Chandabirawa ora kuwan nyedhaki Prabu Puntadewa lan banjur ilang musna. Prabu Salya akhire sedha disawat pusaka Jamus kalimasada. Kasatriyane Nakula kuwi ing Sawojajar, dene Sadewa ing Paweratalun. Garwane nakula kekasih Dewi Srengginiwati kang banjur peputra Dewi Sri Tanjung. Dene Sadewa nggarwa Dewi Srenggini kang sateruse peputra Bambang Widapeksa (Suwidapaksa). Dewi Srengganawati lan Srenggini iku putrane Sang Hyang Badawanganala, dewane bulus, ing Narmada Wailu. Ing lakon Sudamala utawa Durga Ruwat, dicritakake yen akhire sawise klakon ngruwat Bathari Durga, Nakula-Sadewa palakrama anthuk Endhang Suka lan Pradapa, kekarone putrine Resi Tambrapetha saka pratapan Prangalas. Kekarone banjur peputra Raden Saluwita, Pramusinta lan Pramuwati. Yen pinuju pisowanan ing Amarta lungguhe Nakula Sadewa ngapit ingkang raka Prabu Puntadewa lan kekarone padha ngapurancang.

5.Sadewa

Sadewa utawa Sahadewa iku sawijining paraga wiracarita Mahabharata. Nalika cilik jenenge Tangsen. Dheweke salah sijining Pandhawa. Tangsen iki jenenge wit-witan kang godhonge bisa digawe obat. Kaya dene sedulur kembare, Nakula, Satriya kang manggon ing Bumiretawu iki kondhang amarga lantip ing prekara obat-obatan. Wiwit isih bayi, Nakula lan Sadewa wis dadi bocah lola, tanpa rama-ibu. Satriya iki tinitisan Bathara Aswin, dewane tabib kang kembar karo Bathara Aswi. Bareng karo Nakula, Sadewa tansah ngiring Yudhistira ing kraton Amarta. Ing sawetara crita wayang, Sadewa lantip ing sasmita. Umpama Kresna ora ana, Sadewa kang sulih golek upaya. Nalika mboyong Dewi Srengginiwati seka Gisiksamodra, Sadewa kang bisa mbabar sayembara ngenani “sejatining lanang, sejatining wadon.” Jejodhoan iki nurunke putra Widapaksa utawa Sidapaksa.

Ing lakon liyane, Sudamala, Sadewa kang bisa ngruwat Bathari Uma bali maneh dadi ayu. Ing versi India, Sahadeva iku pinter pedhang. Ing Bharatayudha, Sahadeva kang bisa ngalahake lan mateni Shakuni (ing Jawa dadi Sangkuni). Ing crita pedhalangan, Sangkuni dipateni dening Bima.
Ing lakon “Babad Alas Mretani” Sadewa entuk aji Purnamajadi seka Ditya Sapulebu. Aji iki bisa gawe wong sing nduwe eling apa wae kang wis kelakon lan ngerti apa kang kedaden.

Rabu, 01 Februari 2012

KIAT POKOK MENGATASI KENAKALAN REMAJA

Sebagian besar orangtua di jaman sekarang sangat sibuk mencari nafkah. Mereka sudah tidak mempunyai banyak kesempatan untuk dapat mengikuti terus kemana pun anak-anaknya pergi. Padahal, kenakalan remaja banyak bersumber dari pergaulan. Oleh karena itu, orangtua hendaknya dapat memberikan inti pendidikan kepada para remaja. Inti pendidikan adalah sebuah pedoman dasar pergaulan yang singkat, padat, dan mudah diingat serta mudah dilaksanakan.
Dengan memberikan inti pendidikan ini, kemana saja anak pergi ia akan selalu ingat pesan orangtua dan dapat menjaga dirinya sendiri. Anak menjadi mandiri dan dapat dipercaya, karena dirinya sendirinyalah yang akan mengendalikan dirinya sendiri. Selama seseorang masih memerlukan pihak lain untuk mengendalikan dirinya sendiri, selama itu pula ia akan berpotensi melanggar peraturan bila si pengendali tidak berada di dekatnya.
Inti pendidikan ini terdiri dari dua hal yaitu :
  • HIRI = MALU BERBUAT JAHAT
    Benteng penjaga pertama agar remaja tidak salah langkah dalam hidup ini adalah menumbuhkan hiri atau rasa malu melakukan perbuatan yang tidak benar atau jahat.Dalam memberikan pendidikan, orangtua hendaknya dengan tegas dapat menunjukkan kepada anak perbedaan dan akibat dari perbuatan baik dan tidak baik atau perbuatan benar dan tidak benar. Kejelasan orangtua menerangkan hal ini akan dapat menghilangkan keraguan anak dalam mengambil keputusan. Keputusan untuk memilih kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Penjelasan akan hal ini sebaiknya diberikan sejak dini. Semakin awal semakin baik. Berikanlah pengertian dan teladan tentang latihan kemoralan. Berikanlah kesempatan anak agar dapat meniru perilaku kebajikan orangtuanya. Ajarkan dan didiklah mereka untuk tidak melakukan pembunuhan, pencurian, pelanggaran kesusilaan, kebohongan, dan mabuk-mabukan. Gunakanlah acara-acara di televisi sebagai alat pengajaran. Tunjukkan kepada mereka bahwa kejahatan tidak akan pernah menang. Kejahatan akan musnah pada akhirnya. Sebaliknya, walaupun kebaikan kadang menderita di awalnya akhirnya akan memperoleh kebahagiaan juga.
    Apabila anak sudah dapat dengan jelas membedakan kebaikan dan keburukan, tahap berikutnya adalah menumbuhkan rasa malu untuk melakukan kejahatan. Kondisikanlah pikiran anak punya rasa malu, merasa tidak pantas melakukan pelanggaran peraturan kemoralan baik yang diberikan oleh Sang Buddha maupun oleh masyarakat lingkungan. Mengkondisikan munculnya rasa malu dapat menggunakan cara seperti ketika orangtua mengenalkan pakaian kepada anak-anaknya. Orangtua selalu berusaha memberikan pakaian yang layak untuk anak-anaknya. Namun, apabila suatu saat anak mengenakan pakaian dengan tidak pantas atau mungkin tersingkap sedikit, orangtua segera membenahinya dan mengatakan, menegaskan bahwa hal itu memalukan. Sikap itu masih berkenaan dengan masalah pakaian fisik. Pakaian batin pun juga demikian. Orangtua bila mengetahui bahwa anaknya melakukan suatu perbuatan yang tidak pantas maka katakan segera bahwa hal itu memalukan. Kemudian berikanlah saran agar dia tidak mengulangi perbuatan itu lagi. Bila perbuatan itu masih diulang, berilah sanksi. Berilah hukuman yang mendidik bila perbuatan itu tetap diulang. Usahakan dengan berbagai cara agar anak tidak lagi mengulang perbuatan yang tidak baik itu.
  • OTTAPPA = TAKUT AKIBAT PERBUATAN JAHAT
    Apabila anak bertambah besar, orangtua selain menunjukkan bahwa suatu perbuatan tertentu tidak pantas, memalukan untuk dilakukan oleh anaknya, maka orangtua dapat meningkatkannya dengan memberikan uraian tentang akibat perbuatan buruk yang dilakukan anaknya. Akibat buruk terutama adalah yang diterima oleh si anak sendiri, kemudian terangkan pula dampak negatif yang akan diterima pula oleh orangtua, keluarganya serta lingkungannya. Orangtua dapat memberikan perumpamaan bahwa bila diri sendiri tidak ingin dicubit, maka janganlah mencubit orang lain. Artinya, apabila kita tidak senang terhadap suatu perbuatan tertentu, sebenarnya hampir semua orang pun bahkan semua mahluk cenderung tidak suka pula dengan hal itu. Rata-rata semua mahluk, dalam hal ini, manusia memiliki perasaan serupa. Penjelasan seperti ini akan membangkitkan kesadaran anak bahwa perbuatan buruk yang tidak ingin dialaminya akan menimbulkan perasaan yang sama bagi orang lain. Dan apalagi bila telah tiba waktunya nanti, kamma buruk berbuah, penderitaan akan mengikuti si pelaku kejahatan.
Menumbuhkembangkan perasaan malu dan takut melakukan perbuatan yang tidak baik ataupun berbagai bentuk kejahatan inilah yang akan menjadi ‘pengawas setia’ dalam diri setiap orang, khususnya para remaja. Selama dua puluh empat jam sehari, ‘pengawas’ ini akan melaksanakan tugasnya. Kemanapun anak pergi, ia akan selalu dapat mengingat dan melaksanakan kedua hal sederhana ini. Ia akan selalu dapat menempatkan dirinya sendiri dalam lingkungan apapun juga sehingga akan mampu membahagiakan dirinya sendiri, orangtua dan juga lingkungannya. Orangtua sudah tidak akan merasa kuatir lagi menghadapi anak-anaknya yang beranjak remaja. Orangtua tidak akan ragu lagi menyongsong era globalisasi. Orangtua merasa mantap dengan persiapan mental yang telah diberikan kepada anak-anaknya. Oleh karena itu, pendidikan anak di masa kecil yang sedemikian rumit tampaknya, akan dapat dinikmati hasilnya di hari tua.
Sesungguhnya memang diri sendiri itulah pelindung bagi diri sendiri. Suka dan duka yang kita alami adalah hasil perbuatan kita sendiri. Sebab, oleh diri sendiri kejahatan dilakukan; oleh diri sendiri pula kejahatan dapat dihindarkan. Oleh karena itu, dengan memberikan pengertian yang baik tentang inti pendidikan tersebut kepada anak-anak, diharapkan anak akan dapat membawa diri dan menjaga dirinya sendiri agar dapat tercapai kebahagiaan. Kebahagiaan bagi dirinya sendiri. Kebahagiaan bagi orangtuanya. Kebahagiaan bagi lingkungannya.