Malam mulai menjelang ketika tubuh lunglaiku berbaring di atas sofa
yang empuk, sendiri membuatku menatap langit-langit ruangan seluas lima
kali empat meter. Terbayang kembali apa yeng telah aku tempuh selama
sepuluh tahun terakhir dalam kehidupanku, kisah cinta, kehilangan,
kepedihan dan kebahagiaan yang pernah aku rasakan bersama pacar yang
hilang, “dimana dia sekarang, sedang apa, mungkinah ia tengah mereguk
kebahagiaan bersama orang yang ia cintai?
Malam kemarin secara
tak sengaja aku temukan kembali sebuah kertas surat kumal yang telah
termakan oleh waktu yang jatuh dari arsip lamaku saat aku membereskan
tumpukan kertas di kamarku.
Aku kenal surat itu, aku tahu
isinya, dan aku tak pernah melewatkan membaca kembali surat itu,
entahlah apa yang ada dibenakku saat aku menemukan kertas berwarna biru
langit itu, aku selalu ingin membacanya dan terus membacanya, seperti
juga saat malam kemarin kutemukan.
28 Januari 1998,
Aku
yang selalu menunggu ketika kau pulang dengan segenap harapan, selalu
menganyuhkan kakiku dengan cepat agar aku bisa menatap matamu yang teduh
didepan rumahmu, karena kamu pernah berkata ada kenyamanan saat aku
berada di depan pintu rumahmu, dan aku pernah berjanji, aku akan selalu
ada di depan pintu rumahmu saat kau pulang,”
Ketika kau berikan
cintamu kepadaku, aku seperti menemukan kembali sesuatu yang pernah ada
dihatiku. Sejak saat itu aku selalu ingin menjadi pelabuhan ketika kau
merasa sedih dan senang, ku ucapkan terimakasih atas cinta yang kau
berikan kepadaku, kau datang di saat yang tepat, saat hidupku hancur
berkeping dihantam sebuah penghianatan, saat tubuh lunglaiku terbalik
ditelan gelombang kepedihan, mengantam karang dan mencerai beraikan
semua harapanku akan hadirnya matahari pagi yang indah.
Sepenggal kisah cinta yang kita alami itu memang telah berakhir, karena
kamu memang menginginkan itu, tetapi selama kakiku masih menjejak bumi
yang indah ini kenangan itu tak akan pernah berakhir, tidak akan pernah
hilang untuk selamanya, tidak akan pernah pudar walau jaman menggilasnya
dengan kejam.
Pun ketika bumi berumur ratusan tahun, bahkan
ribuan tahun, ketika jasadku terbaring kaku di pelukan bumi dan kembali
bangun atas kehendakNya, kehangatan cintamu tak akan pernah lenyap walau
setitik, cintamu akan selalu abadi dalam hidup dan matiku, dan itu
janjiku padamu
Dari aku yang mencintaimu….
Selembar kertas
kusam berwarna biru itu kembali mengingatkan kisah laluku yang sangat
indah bersama pacar yang hilang, sekelumit kisah yang sebenarnya telah
terangkai dalam anganku bertahun-tahun lamanya namun tertahan oleh
keegoanku sendiri, terbelah oleh kemarahan sesaat yang sampai saat ini
aku sesali, sampai akhirnya aku terbuang dalam keheningan yang
membekukan jiwa dan ragaku.
Sepuluh tahun kenangan itu telah
berlalu, saat hiruk pikuk kehidupan telah menampakan perubahan, saat
jaman telah menghapusnya secara perlahan, saat kelembutan dan keteduhan
tatapan matanya mulai pudar dalam bayangan ingatanku, saat senyum dan
tawanya mulai sayup terdengar ditelingaku, ia kembali menampakan
kelembutannya dalam mimpi-mimpiku.
Walau hanya sesaat, bayangan
itu kembali mengusik kehidupanku, lambaian tangannya seolah memanggilku
untuk mencumbunya, menghadirkan kembali kehangatan-kehangatan yang
pernah aku berikan. Mimpi itu memaksaku mengingat semua, membuat mataku
selalu ingin terpejam dan seolah memaksaku untuk mencari dan kembali
padanya. Tetapi aku tak pernah bisa menemukan pacar yang hilang itu
untuk sekedar meminta maaf dan mencium tangannya yang lembut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar